Menu Tutup

Hamzah Fansuri: Ulama Sufi dan Sastrawan Abad Ke-16

Hamzah Fansuri adalah salah satu tokoh Islam yang berpengaruh di dunia Melayu pada abad ke-16. Ia dikenal sebagai ulama sufi yang menyebarkan ajaran wahdatul wujud dan sebagai sastrawan yang menciptakan genre syair dalam bahasa Melayu. Artikel ini akan membahas kehidupan, kiprah, karya, dan akhir hidup Hamzah Fansuri.

Kehidupan

Terdapat banyak spekulasi mengenai asal usul Hamzah Fansuri. Ada yang mengatakan ia berasal dari Barus, sebuah kota bersejarah di pesisir barat Sumatra Utara. Ada juga yang berpendapat ia lahir di Ayutthaya, ibu kota lama kerajaan Siam (sekarang Thailand). Nama al-Fansuri sendiri berasal dari arabisasi kata Pancur, sebuah kota kecil di dekat Barus.

Hamzah Fansuri lama berdiam di Aceh, yang saat itu merupakan kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Ia belajar ilmu agama dari para ulama lokal dan asing, serta melakukan perjalanan ke berbagai tempat seperti India, Persia, dan Mekkah untuk menimba ilmu lebih lanjut. Ia juga dikenal sebagai guru bagi banyak murid, termasuk Syamsuddin al-Sumatrani dan Nuruddin al-Raniri.

Kiprah

Hamzah Fansuri menjadi tokoh yang menyebarkan Islam melalui saluran tasawuf, yaitu ilmu yang mengkaji hubungan antara manusia dan Tuhan secara batiniah. Ia mengajarkan doktrin wahdatul wujud, yaitu pandangan bahwa hanya ada satu wujud (eksistensi) yang hakiki, yaitu Tuhan, sedangkan segala sesuatu yang lain adalah manifestasi atau bayangan dari-Nya. Doktrin ini ia dapatkan dari pengaruh Ibn Arabi, seorang ulama sufi terkemuka dari abad ke-13.

Selain itu, Hamzah Fansuri juga aktif dalam bidang sastra. Ia dikenal sebagai pencipta genre syair dalam bahasa Melayu, yaitu puisi yang terdiri dari empat baris dengan rima a-a-a-a. Syair-syairnya banyak mengandung tema-tema tasawuf, seperti cinta kepada Tuhan, pencarian hakikat diri, dan kesatuan dengan Tuhan. Ia juga menulis beberapa prosa yang menjelaskan ajaran-ajarannya secara lebih rinci.

Karya

Beberapa karya Hamzah Fansuri yang terkenal antara lain:

  • Syair Burung Pingai, sebuah syair yang mengisahkan tentang seekor burung pingai yang mencari makna hidup dan bertemu dengan burung-burung lain yang melambangkan berbagai tingkatan spiritual.
  • Syair Dagang, sebuah syair yang menggambarkan perjalanan seorang pedagang yang mencari harta dunia dan akhirat.
  • Syair Perahu, sebuah syair yang menggunakan metafora perahu untuk menggambarkan jalan menuju Tuhan.
  • Asrar al-Arifin (Rahasia Para Arif), sebuah prosa yang menjelaskan konsep-konsep tasawuf seperti maqamat (tingkatan), ahwal (keadaan), dan marifat (pengetahuan).
  • Sharab al-Ashiqin (Minuman Para Pecinta), sebuah prosa yang membahas tentang cinta ilahi dan cara-cara mencapainya.

Akhir Hidup

Hamzah Fansuri meninggal pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17. Tidak diketahui secara pasti penyebab dan tempat kematiannya. Ada yang mengatakan ia meninggal di Aceh, ada juga yang mengatakan ia meninggal di Mekkah. Makamnya diduga berada di Ujong Pancu, Peukan Bada, Aceh Besar.

Hamzah Fansuri meninggalkan warisan yang besar bagi perkembangan Islam dan sastra di dunia Melayu. Ajaran-ajarannya mempengaruhi banyak ulama dan sastrawan setelahnya, meskipun juga mendapat tentangan dari beberapa pihak yang menganggapnya sesat. Karya-karyanya menjadi sumber inspirasi dan rujukan bagi generasi-generasi berikutnya.

Posted in Keislaman

Artikel Terkait: