Menu Tutup

Palembang di Bawah Cengkeraman Jepang: Sejarah, Dampak, dan Perlawanan

Palembang adalah salah satu kota yang menjadi sasaran utama Jepang dalam usahanya untuk menguasai Hindia Belanda selama Perang Dunia II. Kota ini memiliki sumber minyak bumi yang sangat dibutuhkan oleh Jepang untuk mendukung peperangan di Asia Timur Raya. Selain itu, Palembang juga memiliki lapangan terbang yang strategis bagi operasi militer Jepang. Berikut ini adalah pembahasan mengenai penjajahan Jepang di Palembang, mulai dari latar belakang, proses, dampak, hingga perlawanan rakyat.

Latar Belakang

Jepang mulai menyerbu Asia Tenggara sejak akhir tahun 1941, setelah menyerang Pearl Harbor dan menyatakan perang terhadap Sekutu. Jepang ingin menguasai sumber daya alam yang melimpah di kawasan ini, terutama minyak bumi, karet, timah, dan beras. Jepang juga ingin memperluas wilayah kekuasaannya dan menyebarkan ideologi Asia Raya (Dai Toa Kyo Eiken), yaitu gagasan bahwa bangsa-bangsa Asia harus bersatu di bawah pimpinan Jepang untuk melawan penjajahan Barat.

Salah satu daerah yang menjadi incaran Jepang adalah Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan saat ini. Palembang memiliki kilang minyak milik perusahaan Belanda, Royal Dutch Shell, yang terletak di Plaju. Kilang minyak ini merupakan salah satu yang terbesar dan terbaik di Asia Tenggara saat itu. Selain itu, Palembang juga memiliki dua lapangan terbang, yaitu Pangkalan Benteng dan Prabumulih, yang dapat digunakan oleh pesawat-pesawat Jepang untuk melakukan serangan udara ke daerah lain.

Proses

Jepang mulai menyerbu Palembang pada tanggal 13 Februari 1942. Serangan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dari laut dan udara. Dari laut, armada kapal perang Jepang bergerak menuju Selat Bangka dan berusaha mendarat di Teluk Betung. Dari udara, pesawat-pesawat pengebom dan pemburu Jepang melancarkan serangan ke lapangan terbang Pangkalan Benteng dan Prabumulih, serta kilang minyak Plaju. Selain itu, Jepang juga menurunkan pasukan terjun payung (paratrooper) di sekitar kota Palembang.

Baca Juga:  Teori Out of Africa dan Out of Taiwan

Sekutu yang berada di Palembang saat itu terdiri dari pasukan Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Mereka berusaha mempertahankan kota ini dari serangan Jepang dengan menggunakan senjata-senjata yang tersedia, seperti meriam anti-pesawat, senapan mesin, dan ranjau laut. Namun, mereka tidak mampu menghalau serbuan Jepang yang lebih besar dan lebih kuat. Banyak pasukan Sekutu yang tewas atau tertawan dalam pertempuran ini.

Pada tanggal 15 Februari 1942, Palembang jatuh ke tangan Jepang. Pasukan Sekutu yang masih bertahan mundur ke selatan menuju Lahat dan Tebing Tinggi. Kilang minyak Plaju berhasil diledakkan oleh Sekutu sebelum dikuasai oleh Jepang, tetapi kemudian dibangun kembali oleh Jepang dengan menggunakan tenaga kerja paksa (romusha). Palembang kemudian menjadi salah satu pusat pemerintahan militer Jepang di Sumatera.

Dampak

Penjajahan Jepang di Palembang membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan rakyat. Di bawah kekuasaan Jepang, rakyat Palembang mengalami berbagai macam penderitaan dan penindasan. Beberapa dampak yang dirasakan oleh rakyat Palembang adalah sebagai berikut:

  • Rakyat dipaksa bekerja keras sebagai romusha untuk membangun infrastruktur militer Jepang, seperti jalan raya, jembatan, rel kereta api, lapangan terbang, dan kilang minyak. Banyak romusha yang meninggal karena kelelahan, kelaparan, penyakit, atau kekerasan dari tentara Jepang.
  • Rakyat mengalami kesulitan ekonomi karena inflasi, pajak tinggi, monopoli perdagangan, dan penjarahan hasil bumi oleh Jepang. Harga-harga barang melonjak, sementara pendapatan rakyat menurun. Banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan.
  • Rakyat mengalami penekanan politik dan sosial budaya oleh Jepang. Organisasi-organisasi nasionalis dan sosialis dilarang beroperasi. Pendidikan dan pers diawasi ketat oleh Jepang. Bahasa Jepang diwajibkan sebagai bahasa resmi. Agama Shinto diperkenalkan sebagai agama negara. Budaya Jepang dipaksakan kepada rakyat, seperti menghormat bendera Jepang, menyanyikan lagu-lagu Jepang, dan memakai pakaian Jepang.
  • Rakyat mengalami kekerasan fisik dan psikis oleh Jepang. Banyak rakyat yang ditangkap, ditahan, disiksa, atau dibunuh tanpa alasan yang jelas oleh tentara Jepang. Banyak wanita yang menjadi korban pemerkosaan atau dijadikan jugun ianfu (wanita penghibur) oleh tentara Jepang.
Baca Juga:  Sejarah Membahas Tentang Apa Saja? Berikut Penjelasannya

Perlawanan

Meskipun mengalami berbagai macam penderitaan dan penindasan, rakyat Palembang tidak diam saja. Mereka melakukan berbagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Jepang, baik secara terbuka maupun tertutup. Beberapa contoh perlawanan rakyat Palembang adalah sebagai berikut:

  • Perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh pasukan Sekutu yang masih bertahan di Sumatera Selatan, seperti Brigade Independen Australia (AIB) dan Force 136 Inggris. Mereka melakukan serangan-serangan gerilya terhadap pos-pos militer Jepang di Palembang dan sekitarnya. Mereka juga membantu rakyat dengan memberikan bantuan logistik, senjata, obat-obatan, dan informasi.
  • Perlawanan politik yang dilakukan oleh organisasi-organisasi nasionalis yang bergerak secara rahasia, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Sarekat Islam (SI), Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka menyebarkan propaganda anti-Jepang, menggalang dukungan rakyat, membentuk pasukan-pasukan sukarela, dan melakukan kontak dengan Sekutu.
  • Perlawanan sosial budaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, pendidikan, pers, seni, dan budaya yang berusaha mempertahankan identitas bangsa Indonesia dari pengaruh Jepang. Mereka memberikan pengajaran agama, bahasa Indonesia, sejarah Indonesia, dan nilai-nilai nasionalisme kepada rakyat. Mereka juga menciptakan karya-karya sastra, musik, teater, dan seni rupa yang mengandung pesan-pesan perjuangan.

Perlawanan rakyat Palembang terhadap penjajahan Jepang semakin meningkat menjelang akhir perang. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, rakyat Palembang bersiap-siap untuk menyambut kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, perjuangan mereka belum berakhir. Mereka masih harus menghadapi ancaman dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Sumber:
(1) Pertempuran Palembang 1942: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir. https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/15/160000979/pertempuran-palembang-1942-latar-belakang-kronologi-dan-akhir.
(2) . https://bing.com/search?q=Penjajahan+Jepang+di+Palembang.
(3) Pendudukan Militer Jepang di Palembang dan Jawa, Sejarah XI SMA. https://kids.grid.id/read/473881618/pendudukan-militer-jepang-di-palembang-dan-jawa-sejarah-xi-sma.
(4) Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia – Kompas.com. https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/16/190000969/latar-belakang-pendudukan-jepang-di-indonesia.
(5) undefined. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Palembang.
(6) undefined. https://travel.tempo.co/read/1187194/wisata-sejarah-palembang-bunker-jepang-konon-tembus-sungai-musi.
(7) undefined. https://id.wikipedia.org/wiki/Pendudukan_Jepang_di_Sumatra_Barat.
(8) undefined. https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Palembang_%281944%29.

Baca Juga:  Posisi Metodologis Max Weber: Sebuah Sintesis Antara Sosiologi dan Sejarah
Posted in Ragam

Artikel Terkait: