Kesultanan Aceh Darussalam, yang berdiri sejak akhir abad ke-15, merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Nusantara. Didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496, Kesultanan Aceh menjadi pusat penyebaran Islam dan kekuatan politik serta ekonomi yang disegani. Berikut adalah silsilah dan sejarah pemerintahan para sultan yang pernah memimpin Kesultanan Aceh hingga masa kejatuhannya.
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496–1528 M)
Sebagai pendiri Kesultanan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Aceh dan sekitarnya. Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang memperkuat Aceh sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Di bawah kepemimpinannya, Aceh berhasil mengusir Portugis dari wilayahnya.
2. Sultan Salahuddin (1528–1537 M)
Putra Sultan Ali Mughayat Syah, Sultan Salahuddin naik takhta setelah ayahnya. Namun, pemerintahannya ditandai dengan kelemahan dalam kepemimpinan, yang berdampak pada stabilitas kerajaan. Situasi ini membuat Aceh mengalami kemunduran sementara.
3. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar (1537–1568 M)
Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar membawa Kesultanan Aceh ke masa kejayaan dan memperluas wilayah kekuasaannya. Ia berhasil menguasai beberapa wilayah di Semenanjung Malaka dan meningkatkan ketahanan militer Aceh dalam menghadapi ancaman dari Portugis dan kerajaan lain.
4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568–1575 M)
Pemerintahan Sultan Husein Ali Riayat Syah relatif singkat dan tidak banyak terdokumentasi, namun ia dikenal sebagai sultan yang mempertahankan stabilitas kerajaan setelah ekspansi besar-besaran oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar.
5. Sultan Muda (1575 M)
Naik takhta pada usia yang sangat muda, Sultan Muda tidak memiliki kekuasaan penuh, sehingga pemerintahannya didominasi oleh para penasihat. Situasi ini menciptakan ketidakstabilan politik dan perebutan kekuasaan dalam kerajaan.
6. Sultan Sri Alam (1575–1576 M)
Sultan Sri Alam hanya memerintah selama satu tahun, yang ditandai dengan konflik internal intens yang akhirnya menyebabkan penurunannya dari takhta.
7. Sultan Zainal Abidin (1576–1577 M)
Sultan Zainal Abidin berusaha mengembalikan stabilitas kerajaan, tetapi pemerintahannya yang singkat tidak memungkinkan pencapaian yang signifikan.
8. Sultan Alauddin Mansur Syah (1577–1589 M)
Sultan Alauddin Mansur Syah membawa periode konsolidasi dalam pemerintahan Aceh. Ia memperkuat hubungan diplomatik dengan kerajaan tetangga untuk menjaga posisi Aceh sebagai kekuatan utama di kawasan.
9. Sultan Buyung (Ali Riayat Syah II) (1589–1596 M)
Sultan Buyung menghadapi banyak tantangan baik dari dalam maupun luar kerajaan. Namun, ia tetap berhasil mempertahankan kedaulatan Aceh dalam menghadapi ancaman dari bangsa Eropa.
10. Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596–1604 M)
Dikenal sebagai sultan yang bijaksana, Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil menguatkan stabilitas kerajaan setelah konflik internal, khususnya dengan memperkuat angkatan laut Aceh untuk menghadapi ancaman kolonial Eropa.
11. Sultan Ali Riayat Syah III (1604–1607 M)
Pemerintahannya singkat namun fokus pada upaya memperkuat pertahanan Aceh. Beliau berhasil mempertahankan kesejahteraan rakyat dalam masa kepemimpinannya.
12. Sultan Iskandar Muda (1607–1636 M)
Di bawah Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaannya. Ia melakukan reformasi besar dalam bidang hukum, militer, dan administrasi. Sultan Iskandar Muda juga menaklukkan Pahang dan melakukan serangan terhadap Portugis di Melaka, memperkuat posisi Aceh sebagai kekuatan utama di Asia Tenggara.
13. Sultan Iskandar Thani (1636–1641 M)
Sebagai penerus dan menantu Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Thani mempertahankan kebijakan pendahulunya dan fokus pada pembangunan internal serta diplomasi dengan kerajaan Islam lainnya.
14. Sultanah Safiatuddin Tajul Alam (1641–1675 M)
Setelah wafatnya Sultan Iskandar Thani, permaisurinya, Sultanah Safiatuddin Tajul Alam, menjadi sultanah pertama di Aceh. Ia berhasil menjaga stabilitas kerajaan dalam masa pemerintahan panjangnya yang berlangsung lebih dari tiga dekade.
15. Sultanah Naqiatuddin Nurul Alam (1675–1678 M)
Sebagai penerus Sultanah Safiatuddin, ia memimpin dengan pendekatan diplomatik, meskipun masa pemerintahannya singkat.
16. Sultanah Zaqiatuddin Inayat Syah (1678–1688 M)
Di bawah Sultanah Zaqiatuddin, Aceh menghadapi tantangan dari kekuatan kolonial. Meskipun demikian, ia mampu menjaga kedaulatan Aceh melalui perlawanan dan diplomasi.
17. Sultanah Kamalat Syah Zinatuddin (1688–1699 M)
Sultanah Kamalat Syah Zinatuddin adalah sultanah terakhir yang memerintah Aceh, dan setelahnya Aceh mulai mengalami kemunduran yang signifikan akibat perselisihan internal dan tekanan dari kekuatan kolonial.
Akhir Kesultanan Aceh
Setelah abad ke-17, Kesultanan Aceh mengalami penurunan kekuasaan seiring dengan meningkatnya dominasi kolonial Belanda di wilayah Nusantara. Pada tahun 1873, Belanda melancarkan perang besar untuk menaklukkan Aceh, yang dikenal sebagai Perang Aceh. Setelah bertahun-tahun perlawanan, Kesultanan Aceh secara resmi berakhir pada awal abad ke-20, dengan penyerahan Aceh kepada kolonial Belanda.