Menu Tutup

Siapakah Pembuat Sejarah? Tinjauan Kritis Terhadap Beberapa Teori Sejarah

Sejarah adalah kisah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, yang melibatkan manusia, tempat, dan waktu. Sejarah juga merupakan ilmu yang mempelajari dan menganalisis sumber-sumber sejarah, seperti dokumen, artefak, dan kesaksian, untuk merekonstruksi dan menafsirkan peristiwa-peristiwa tersebut.

Namun, siapakah yang membuat sejarah? Apakah sejarah dibuat oleh tokoh-tokoh besar yang berpengaruh, atau oleh rakyat jelata yang tak terhitung jumlahnya? Apakah sejarah dibuat oleh kekuatan-kekuatan alam, atau oleh kehendak Tuhan? Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan melihat beberapa pendapat dan teori dari para ahli sejarah.

Teori Tokoh Besar

Teori tokoh besar adalah salah satu teori tertua dalam sejarah, yang menyatakan bahwa sejarah dibuat oleh individu-individu yang memiliki kemampuan, kepribadian, atau karisma yang luar biasa, yang mampu mempengaruhi jalannya peristiwa-peristiwa sejarah. Teori ini sering dikaitkan dengan sejarawan Skotlandia abad ke-19, Thomas Carlyle, yang menulis: “Sejarah universal adalah riwayat dari beberapa orang saja”. Contoh tokoh-tokoh besar dalam sejarah antara lain: Alexander Agung, Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, Adolf Hitler, Winston Churchill, Mao Zedong, Nelson Mandela, dan lain-lain.

Teori tokoh besar memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah bahwa teori ini mudah dipahami dan diingat oleh pembaca atau pendengar sejarah, karena teori ini memberikan wajah dan nama pada peristiwa-peristiwa sejarah. Teori ini juga mengakui peran penting dari individu-individu yang berjasa atau berdosa dalam sejarah.

Baca Juga:  Biografi Steve Jobs: Sang Visioner di Balik Produk-Produk Apple

Kekurangannya adalah bahwa teori ini terlalu menyederhanakan dan mengabaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi sejarah, seperti kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya, geografis, atau lingkungan. Teori ini juga cenderung bersifat subyektif dan bias, karena teori ini bergantung pada penilaian dan pandangan penulis sejarah tentang siapa yang dianggap sebagai tokoh besar.

Teori Gerakan Massa

Teori gerakan massa adalah salah satu teori modern dalam sejarah, yang menyatakan bahwa sejarah dibuat oleh kelompok-kelompok manusia yang bergerak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Teori ini sering dikaitkan dengan sejarawan Prancis abad ke-20, Fernand Braudel, yang menulis: “Sejarah bukanlah cerita tentang pahlawan-pahlawan individual”. Contoh gerakan-gerakan massa dalam sejarah antara lain: Revolusi Prancis, Revolusi Industri, Perang Dunia I dan II, Gerakan Hak Sipil Amerika Serikat, Revolusi Iran 1979, Gerakan Demokrasi Tiananmen 1989, Arab Spring 2011-2012, dan lain-lain.

Teori gerakan massa memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah bahwa teori ini lebih objektif dan komprehensif dalam menjelaskan sejarah, karena teori ini memperhatikan faktor-faktor struktural dan kontekstual yang mempengaruhi perilaku manusia.

Teori ini juga mengakui peran penting dari rakyat jelata yang menjadi agen perubahan dalam sejarah. Kekurangannya adalah bahwa teori ini terlalu kompleks dan sulit dipelajari atau disampaikan oleh pembaca atau pendengar sejarah, karena teori ini melibatkan banyak variabel dan data yang harus dianalisis. Teori ini juga cenderung menghilangkan individualitas dan kreativitas manusia, karena teori ini menganggap manusia sebagai produk dari lingkungannya.

Teori Determinisme Alam

Teori determinisme alam adalah salah satu teori alternatif dalam sejarah, yang menyatakan bahwa sejarah dibuat oleh kekuatan-kekuatan alam yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, seperti iklim, geologi, biologi, atau bencana. Teori ini sering dikaitkan dengan sejarawan Amerika abad ke-19, Frederick Jackson Turner, yang menulis: “Sejarah Amerika adalah sejarah perjuangan manusia melawan alam”. Contoh pengaruh kekuatan-kekuatan alam dalam sejarah antara lain: Masa Es, Letusan Gunung Vesuvius 79 M, Wabah Hitam 1347-1351, Gempa Bumi dan Tsunami Aceh 2004, Perubahan Iklim Global, dan lain-lain.

Baca Juga:  Indikator Keberhasilan Pembangunan: Pengertian, Jenis, dan Contoh

Teori determinisme alam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah bahwa teori ini lebih ilmiah dan empiris dalam menjelaskan sejarah, karena teori ini didasarkan pada bukti-bukti fisik dan statistik yang dapat diukur atau dihitung. Teori ini juga mengakui peran penting dari lingkungan alam yang menjadi sumber tantangan dan peluang bagi manusia. Kekurangannya adalah bahwa teori ini terlalu fatalistik dan pesimistik dalam memandang sejarah, karena teori ini menganggap manusia sebagai korban dari takdir alam. Teori ini juga cenderung mengesampingkan faktor-faktor sosial atau budaya yang mempengaruhi adaptasi atau resistensi manusia terhadap alam.

Teori Determinisme Sejarah

Teori determinisme sejarah adalah salah satu teori kontroversial dalam sejarah, yang menyatakan bahwa sejarah dibuat oleh kehendak Tuhan atau hukum-hukum universal yang tidak dapat diubah oleh manusia, seperti agama, filsafat, atau ideologi. Teori ini sering dikaitkan dengan sejarawan Jerman abad ke-19, Karl Marx, yang menulis: “Sejarah adalah proses dialektis dari pertentangan antara kelas-kelas sosial”. Contoh pengaruh kehendak Tuhan atau hukum-hukum universal dalam sejarah antara lain: Peradaban Mesir Kuno, Perang Salib 1095-1291, Reformasi Protestan 1517-1648, Revolusi Komunis 1917-1991, Perang Dingin 1947-1991, Globalisasi dan Kapitalisme Modern, dan lain-lain.

Teori determinisme sejarah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah bahwa teori ini lebih logis dan sistematis dalam menjelaskan sejarah, karena teori ini didasarkan pada prinsip-prinsip rasional atau moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Teori ini juga mengakui peran penting dari nilai-nilai atau ide-ide yang menjadi motivasi atau inspirasi bagi manusia. Kekurangannya adalah bahwa teori ini terlalu dogmatis dan absolutis dalam memandang sejarah, karena teori ini menganggap manusia sebagai alat dari tujuan akhir sejarah. Teori ini juga cenderung mengabaikan faktor-faktor empiris atau kontingen yang mempengaruhi keragaman atau perubahan sejarah.

Baca Juga:  Kebijakan Ekonomi Indonesia Era Demokrasi Terpimpin

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak ada jawaban pasti tentang siapakah pembuat sejarah. Sejarah adalah hasil dari interaksi kompleks antara individu-individu, kelompok-kelompok, kekuatan-kekuatan alam, dan kehendak Tuhan atau hukum-hukum universal. Setiap teori memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan sejarah. Oleh karena itu, kita harus bersikap kritis dan terbuka dalam mempelajari dan menafsirkan sejarah. Kita harus mengakui bahwa sejarah adalah konstruksi manusia yang bersifat dinamis dan relatif. Kita juga harus menyadari bahwa kita sendiri adalah bagian dari sejarah yang sedang berlangsung.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: