Menu Tutup

Penjajahan Inggris di Indonesia (1811-1816): Sejarah, Kebijakan, dan Dampaknya

Penjajahan Inggris di Indonesia berlangsung selama periode singkat dari tahun 1811 hingga 1816. Meskipun hanya lima tahun, masa ini membawa sejumlah perubahan signifikan dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya di wilayah Nusantara. Artikel ini akan mengulas sejarah penjajahan Inggris di Indonesia, kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Jawa, serta dampak dari kebijakan tersebut bagi masyarakat lokal.

Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Indonesia

Penjajahan Inggris di Indonesia dimulai dengan serangan pasukan Inggris ke Pulau Jawa pada tanggal 4 Agustus 1811. Pasukan Inggris, di bawah komando Sir Thomas Stamford Raffles, tiba dengan armada 60 kapal di Pelabuhan Batavia (sekarang Jakarta) yang saat itu dikuasai oleh Pemerintahan Republik Bataaf (Belanda). Pada tanggal 26 Agustus 1811, Batavia jatuh ke tangan Inggris setelah pertempuran sengit.

Gubernur Jenderal Belanda di Jawa saat itu, Jan Willem Janssens, terpaksa mundur ke Semarang untuk mencari dukungan tambahan dari penguasa lokal di Mangkunegaran. Namun, di Desa Tuntang, Semarang, pasukan Inggris berhasil memaksa Janssens menyerah melalui Perjanjian Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Perjanjian ini menandai penyerahan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Inggris.

Isi Perjanjian Kapitulasi Tuntang

  1. Pemerintah Belanda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Inggris.
  2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris.
  3. Orang-orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
  4. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
  5. Inggris memberikan kesempatan perdagangan bebas kepada rakyat Indonesia.

Atas jasanya dalam menaklukkan Jawa, Raffles ditunjuk oleh Lord Minto, Gubernur Jenderal British East India Company (EIC) di India, sebagai Letnan Gubernur di Jawa. Selama masa pemerintahannya, Raffles memperkenalkan sejumlah kebijakan reformis yang berfokus pada liberalisasi ekonomi, perubahan sistem pemerintahan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Kebijakan-Kebijakan Raffles di Indonesia

1. Kebijakan di Bidang Pemerintahan

Raffles melakukan perubahan besar dalam struktur pemerintahan di Jawa, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan pengaruh sistem feodal. Berikut adalah beberapa kebijakan utama yang diterapkan:

  • Pembagian Wilayah Administratif: Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan dan 9 perfektur untuk mempermudah administrasi dan pengawasan.
  • Reformasi Sistem Pemerintahan: Raffles mengubah sistem pemerintahan feodal menjadi sistem kolonial ala Barat. Bupati dan pejabat lokal yang sebelumnya memegang kekuasaan penuh di daerah mereka dijadikan sebagai pegawai pemerintah yang bekerja di bawah otoritas pusat.
  • Adaptasi Sistem Politik Inggris: Sistem peradilan dan administrasi pemerintahan Inggris diadaptasi, termasuk pembentukan pengadilan yang lebih modern dan sistem birokrasi yang terstruktur.

2. Kebijakan di Bidang Ekonomi

Raffles dikenal dengan kebijakan ekonominya yang berusaha meningkatkan produksi dan perdagangan di tanah jajahan. Beberapa kebijakan ekonominya meliputi:

  • Penerapan Sistem Sewa Tanah (Landrent): Petani diwajibkan membayar pajak tanah kepada pemerintah kolonial sesuai dengan nilai tanah yang mereka garap. Pajak ini bertujuan untuk menggantikan sistem kerja paksa dan monopoli hasil bumi yang diterapkan oleh VOC sebelumnya.
  • Penghapusan Pajak Hasil Bumi dan Penyerahan Wajib: Pajak yang tinggi dan penyerahan hasil bumi yang diwajibkan oleh pemerintah kolonial sebelumnya dihapuskan untuk memberikan kebebasan ekonomi kepada masyarakat lokal.
  • Promosi Perdagangan Bebas: Raffles memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menanam tanaman ekspor yang menguntungkan dan memperdagangkan hasilnya secara bebas.

3. Kebijakan di Bidang Sosial Budaya

Raffles juga memberikan kontribusi besar dalam bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan. Berikut adalah beberapa kebijakannya:

  • Pendirian Kebun Raya Bogor: Raffles mendirikan Kebun Raya Bogor sebagai pusat penelitian botani dan tempat konservasi berbagai tanaman tropis.
  • Pemugaran Candi Bersejarah: Raffles mempelopori pemugaran candi-candi besar seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
  • Peningkatan Studi Sejarah dan Budaya Jawa: Raffles menulis buku “The History of Java,” yang menjadi referensi penting tentang sejarah, budaya, dan masyarakat Jawa.

Dampak Kebijakan Raffles bagi Masyarakat Indonesia

Kebijakan-kebijakan Raffles membawa dampak yang beragam bagi masyarakat Indonesia:

  • Dampak Positif:
    • Liberalisasi Ekonomi: Kebijakan perdagangan bebas dan penghapusan pajak tinggi memberikan peluang ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat lokal.
    • Pengembangan Ilmu Pengetahuan: Dukungan Raffles terhadap penelitian dan konservasi budaya berkontribusi pada pelestarian warisan budaya Indonesia.
    • Reformasi Administratif: Sistem administrasi yang lebih modern memberikan fondasi bagi birokrasi di masa depan.
  • Dampak Negatif:
    • Pajak Tanah yang Tinggi: Meskipun menggantikan sistem kerja paksa, sistem sewa tanah Raffles tetap memberatkan bagi petani karena pajak yang terlalu tinggi.
    • Kegagalan Kebijakan Ekonomi: Keterbatasan keuangan dan tenaga ahli, serta ketidaksiapan masyarakat terhadap sistem ekonomi baru menyebabkan beberapa kebijakan Raffles tidak berjalan mulus.
    • Penyelewengan oleh Pejabat Lokal: Banyak pejabat lokal yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, yang semakin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.

Berakhirnya Pemerintahan Inggris di Indonesia

Masa pemerintahan Inggris di Indonesia berakhir pada tahun 1816, sejalan dengan berakhirnya Perang Napoleon di Eropa dan penandatanganan Konvensi London pada tahun 1814. Berdasarkan perjanjian tersebut, Inggris mengembalikan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Belanda, sementara Inggris memperoleh wilayah lain seperti India dan koloni-koloni di Afrika.

Pada tanggal 15 Oktober 1817, Raffles ditugaskan sebagai Gubernur Jenderal di Bengkulu, Sumatra. Meskipun hanya berkuasa selama lima tahun, masa pemerintahan Inggris di Indonesia, terutama di bawah Thomas Stamford Raffles, meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia, baik dalam bentuk perubahan kebijakan maupun warisan budaya yang masih ada hingga hari ini.

Kesimpulan

Penjajahan Inggris di Indonesia, meskipun singkat, membawa sejumlah perubahan yang signifikan. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Thomas Stamford Raffles memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat lokal. Reformasi ekonomi, pemerintahan, dan sosial budaya yang dilakukan oleh Raffles menjadi landasan bagi perubahan di masa kolonial berikutnya. Meskipun ada banyak tantangan dan kegagalan, periode ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan.

Referensi:

  • Zenius. (n.d.). Kebijakan Thomas Stamford Raffles. Diakses dari zenius.net.
  • SMA 13 Semarang. (n.d.). Penjajahan Inggris di Indonesia 1811-1816. Diakses dari sma13smg.sch.id.
  • SMK Telkom Harkit. (n.d.). Kebijakan Sir Thomas Stamford Raffles di Indonesia. Diakses dari blog.smktelkomharkit.sch.id.

Baca Juga: