Menu Tutup

Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya: Sejarah dan Keunikan Arsitektur

Kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera Selatan, merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Sebagai pusat penyebaran agama Buddha, Sriwijaya meninggalkan berbagai peninggalan bersejarah, termasuk candi-candi yang tersebar di wilayah Sumatera. Berikut adalah beberapa candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya:

1. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kompleks candi ini merupakan satu-satunya candi bercorak Buddha di Riau dan dianggap sebagai peninggalan penting dari Kerajaan Sriwijaya. Kompleks ini terdiri dari beberapa bangunan utama, yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, dan Palangka. Arsitektur candi ini unik, dengan stupa berbentuk menara yang menyerupai candi-candi di Myanmar, Vietnam, dan Sri Lanka. Bahan utama pembangunan candi adalah batu pasir, batu bata, dan batu sungai, berbeda dengan candi-candi di Jawa yang umumnya menggunakan batu andesit.

2. Candi Muaro Jambi

Terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi terluas di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, dengan luas mencapai 3.981 hektar. Kompleks ini diperkirakan dibangun antara abad ke-7 hingga ke-12 Masehi dan terdiri dari sekitar 110 reruntuhan candi, dengan beberapa yang telah dipugar, seperti Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Candi Kedaton. Candi-candi di kompleks ini dibangun menggunakan bata merah dan menunjukkan pengaruh budaya Hindu-Buddha. Pada masa kejayaannya, kompleks ini diduga digunakan sebagai pusat pendidikan dan pengembangan agama Buddha.

3. Candi Biaro Bahal

Candi Biaro Bahal, juga dikenal sebagai Candi Bahal, terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kompleks candi ini terdiri dari tiga candi utama, yaitu Bahal I, Bahal II, dan Bahal III, yang semuanya dibangun dari bata merah. Candi-candi ini bercorak Buddha aliran Vajrayana dan diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi. Arsitektur candi menampilkan hiasan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh yaksa berkepala hewan yang sedang menari, menunjukkan pengaruh budaya Tibet.

4. Candi Kota Kapur

Candi Kota Kapur terletak di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Candi ini ditemukan bersama dengan Prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 Masehi. Meskipun kini hanya tersisa reruntuhan, candi ini diyakini dibangun sebagai upaya Kerajaan Sriwijaya untuk mengamankan wilayahnya dari ancaman perompak yang sering melintasi perairan sekitar.

5. Gapura Sriwijaya

Gapura Sriwijaya merupakan peninggalan berupa gapura yang terletak di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. Situs ini terdiri dari sembilan gapura, namun saat ini hanya tersisa tujuh yang ditemukan. Kondisi gapura-gapura ini telah roboh, kemungkinan akibat faktor alam seperti gempa dan erosi. Reruntuhan gapura ini berbentuk batuan segi lima memanjang dengan cekungan oval pada salah satu sisinya.

6. Candi Pulo

Candi Pulo terletak di Desa Pulo, Kecamatan Candi Pulo, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Candi ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha. Meskipun tidak banyak informasi yang tersedia mengenai candi ini, keberadaannya menunjukkan penyebaran pengaruh Sriwijaya di wilayah Sumatera Selatan.

7. Candi Singkilon

Candi Singkilon berada di Desa Singkilon, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Candi ini juga merupakan peninggalan bercorak Buddha dari masa Kerajaan Sriwijaya. Seperti Candi Pulo, informasi mengenai candi ini masih terbatas, namun keberadaannya menambah daftar situs bersejarah peninggalan Sriwijaya di Sumatera Selatan.

8. Candi Sitopayan

Candi Sitopayan terletak di Desa Sitopayan, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Candi ini merupakan bagian dari kompleks percandian Padang Lawas yang bercorak Buddha aliran Tantrayana. Diperkirakan dibangun pada abad ke-11 hingga ke-13 Masehi, candi ini menunjukkan pengaruh budaya Sriwijaya di wilayah Sumatera Utara.

Peninggalan candi-candi tersebut tidak hanya menjadi bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya, tetapi juga mencerminkan penyebaran agama Buddha dan pengaruh budaya yang luas di wilayah Nusantara. Setiap candi memiliki keunikan arsitektur dan sejarah yang penting untuk dipelajari dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.

Posted in Sejarah

Artikel Lainnya