Menu Tutup

Gold, Glory, Gospel: Motivasi dan Dampak Penjelajahan Samudera Portugis dan Spanyol

Latar Belakang

Gold, Glory, Gospel adalah semboyan yang mendasari aktivitas eksplorasi, eksploitasi, dan pada akhirnya kolonialisme serta imperialisme yang dilakukan bangsa Eropa pada tahun 1400 hingga 1750an. Istilah ini tidak secara eksplisit disebutkan oleh para penjelajah Eropa pada saat itu, namun dikeluarkan oleh beberapa sejarawan ketika orang-orang Eropa memulai masa eksplorasinya di awal abad 151.

Ada tiga faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya semboyan ini, yaitu:

  • Kejatuhan Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1453. Kota ini merupakan pusat perdagangan antara Eropa dan Timur. Setelah jatuh ke tangan Turki, pedagang-pedagang Eropa menjadi sulit untuk melakukan perdagangan, terutama rempah-rempah yang sangat dibutuhkan di Eropa. Oleh karena itu, bangsa Eropa berusaha untuk menemukan jalur perdagangan baru dan “dunia baru” yang kaya akan sumber daya alam2.
  • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan bahwa bumi itu bulat oleh Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei membuat bangsa Eropa tertarik untuk mengelilingi dunia dan mengetahui apa yang ada di sana. Selain itu, penemuan kompas, astrolab, peta, dan kapal layar juga memudahkan para penjelajah untuk berlayar jauh2.
  • Dorongan agama Katolik. Paus Alexander VI dari Vatikan mengeluarkan fatwa gold, glory, gospel sebagai solusi atas persaingan antara Portugis dan Spanyol yang sama-sama ingin menguasai dunia baru. Fatwa ini memberikan legitimasi bagi kedua negara untuk melakukan penjelajahan samudera dengan tujuan mencari kekayaan (gold), kejayaan (glory), dan menyebarkan agama (gospel)3.

Perjanjian Tordesillas

Untuk menghindari konflik antara Portugis dan Spanyol dalam memperebutkan wilayah dunia baru, Paus Alexander VI mengeluarkan bulla Inter Caetera pada tahun 1493 yang membagi dunia menjadi dua bagian. Bagian barat diberikan kepada Spanyol, sedangkan bagian timur diberikan kepada Portugis4.

Namun, bulla ini tidak memuaskan kedua belah pihak karena tidak jelas batas wilayahnya. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Juni 1494 disepakati Perjanjian Tordesillas oleh Portugis dan Spanyol. Perjanjian ini menetapkan garis pembatas dunia sepanjang 370 lega (sekitar 2.193 km) di sebelah barat Kepulauan Tanjung Verde. Semua wilayah di sebelah barat garis ini menjadi milik Spanyol, sedangkan semua wilayah di sebelah timur garis ini menjadi milik Portugis4.

Perjanjian Tordesillas ini merupakan kesepakatan pembagian dunia antara dua kerajaan Katolik di Eropa paling berpengaruh saat itu. Perjanjian ini juga mengesahkan misi gold, glory, gospel sebagai dasar penjelajahan samudera kedua negara tersebut3.

Baca Juga:  Sungai Mahakam: Sungai Terbesar dan Terpanjang di Kalimantan Timur

Tujuan Gold, Glory, Gospel

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gold, glory, gospel adalah semboyan yang mewakili tujuan dari penjelajahan samudera Portugis dan Spanyol. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang masing-masing tujuan tersebut:

  • Gold: Tujuan utama dari penjelajahan samudera adalah mencari kekayaan berupa emas, perak, rempah-rempah, budak, dan barang-barang berharga lainnya dari dunia baru. Bangsa Eropa ingin memperoleh sumber daya alam yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri maupun untuk dijual kembali ke negara-negara lain. Selain itu, mereka juga ingin menguasai jalur perdagangan yang strategis dan menguntungkan, seperti Selat Malaka, Laut Merah, dan Teluk Persia5.
  • Glory: Tujuan lain dari penjelajahan samudera adalah mencari kejayaan, kekuasaan, dan keharuman nama bagi negara maupun individu yang melakukan penjelajahan. Bangsa Eropa ingin menunjukkan kemampuan dan prestasi mereka dalam bidang pelayaran, penemuan, dan penaklukan. Mereka juga ingin memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruh mereka di dunia baru. Selain itu, mereka juga ingin mendapatkan penghargaan dan gelar dari raja atau paus atas jasa-jasa mereka5.
  • Gospel: Tujuan lain dari penjelajahan samudera adalah menyebarkan agama Katolik kepada penduduk dunia baru. Bangsa Eropa ingin mengkristenkan orang-orang yang belum mengenal agama Kristen, terutama di Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Mereka juga ingin menghapus pengaruh Islam dan agama-agama lain yang dianggap sesat atau pagan. Selain itu, mereka juga ingin mendirikan gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan misi-misi Katolik di dunia baru5.

Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara

Aksi eksplorasi yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol itu mencakup hampir seluruh bagian dunia, termasuk Kepulauan Nusantara atau yang kemudian menjadi wilayah negara Indonesia. Kedatangan pertama bangsa Portugis di Nusantara adalah pada awal abad ke-16 Masehi.

Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque berhasil merebut Malaka dari Kesultanan Malaka. Malaka merupakan pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara yang sangat strategis dan menguntungkan. Dengan menguasai Malaka, Portugis berharap dapat mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

Namun, rencana Portugis tidak berjalan mulus karena mereka mendapat perlawanan dari kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara, seperti Aceh, Demak, Banten, Mataram, Ternate, dan Tidore. Selain itu, Portugis juga harus bersaing dengan bangsa Eropa lain yang datang kemudian, seperti Belanda, Inggris, Prancis, dan Denmark.

Baca Juga:  1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Bukan Tanggal Merah

Salah satu tempat yang berhasil dikuasai oleh Portugis di Nusantara adalah Maluku. Pada tahun 1512, armada Portugis yang dipimpin oleh Antonio de Abreu dan Francisco Serrao tiba di Maluku dan menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Ternate. Portugis mendapatkan hak monopoli perdagangan cengkih dari Sultan Ternate dengan imbalan bantuan militer melawan musuh-musuhnya.

Pada tahun 1522, Portugis mendirikan benteng pertamanya di Ternate yang disebut Benteng Sao Joao Baptista de Ternate. Benteng ini menjadi pusat kegiatan Portugis di Maluku selama lebih dari satu abad. Di sini juga terjadi proses kristenisasi terhadap penduduk lokal oleh para misionaris Katolik.

Selain Maluku, tempat lain yang menjadi sasaran Portugis di Nusantara adalah Solor. Pada tahun 1562, Portugis mendirikan benteng di Pulau Solor yang disebut Benteng Henricus. Benteng ini menjadi basis Portugis untuk melakukan perdagangan dengan Flores dan Timor. Di sini juga terjadi proses kristenisasi terhadap penduduk lokal oleh para misionaris Katolik.

Spanyol sempat ikut campur di kawasan Nusantara namun kemudian harus pergi setelah disepakatinya Perjanjian Zaragoza pada 22 April 1529. Perjanjian ini merupakan revisi dari Perjanjian Tordesillas yang menetapkan garis pembatas dunia sepanjang 297 lega (sekitar 1.763 km) di sebelah timur Kepulauan Maluku. Semua wilayah di sebelah barat garis ini menjadi milik Portugis, sedangkan semua wilayah di sebelah timur garis ini menjadi milik Spanyol.

Spanyol mencoba untuk mengeksplorasi wilayah di sebelah timur garis tersebut, seperti Filipina, Sulawesi, dan Papua. Pada tahun 1521, armada Spanyol yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan tiba di Filipina dan menjalin hubungan dengan raja-raja lokal. Magellan sendiri tewas dalam pertempuran melawan raja Lapu-Lapu di Pulau Mactan. Namun, ekspedisi Spanyol berhasil mengelilingi dunia untuk pertama kalinya.

Pada tahun 1565, Spanyol mendirikan koloni pertamanya di Filipina yang disebut Cebu. Koloni ini menjadi basis Spanyol untuk melakukan perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, dan Nusantara. Di sini juga terjadi proses kristenisasi terhadap penduduk lokal oleh para misionaris Katolik.

Spanyol juga sempat mengirim beberapa ekspedisi ke Sulawesi dan Papua, namun tidak berhasil mendirikan koloni permanen di sana. Spanyol lebih fokus pada Filipina sebagai pusat kegiatan mereka di Asia Tenggara.

Dampak Gold, Glory, Gospel

Aksi gold, glory, gospel yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol di dunia baru memiliki dampak yang besar bagi sejarah dunia. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat disebutkan:

  • Dampak ekonomi: Bangsa Portugis dan Spanyol berhasil mendapatkan kekayaan yang luar biasa dari dunia baru. Mereka membawa pulang emas, perak, rempah-rempah, budak, dan barang-barang berharga lainnya yang meningkatkan perekonomian mereka. Mereka juga menguasai jalur perdagangan yang strategis dan menguntungkan di samudera Atlantik dan Hindia. Namun, hal ini juga menyebabkan inflasi dan ketimpangan sosial di Eropa. Selain itu, hal ini juga merusak perekonomian lokal di dunia baru yang menjadi korban eksploitasi dan monopoli bangsa Eropa.
  • Dampak politik: Bangsa Portugis dan Spanyol berhasil memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruh mereka di dunia baru. Mereka mendirikan koloni-koloni yang tunduk pada raja atau paus mereka. Mereka juga berperang melawan kerajaan-kerajaan lokal atau bangsa Eropa lain yang bersaing dengan mereka. Namun, hal ini juga menyebabkan konflik dan ketegangan antara bangsa Eropa sendiri maupun antara bangsa Eropa dengan penduduk asli dunia baru. Selain itu, hal ini juga menimbulkan gerakan nasionalisme dan kemerdekaan di dunia baru yang ingin melepaskan diri dari penjajahan bangsa Eropa.
  • Dampak sosial-budaya: Bangsa Portugis dan Spanyol berhasil menyebarkan agama Katolik kepada penduduk dunia baru. Mereka mendirikan gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan misi-misi Katolik di dunia baru. Mereka juga membawa budaya Eropa seperti bahasa, seni, musik, arsitektur, pakaian, makanan, dan lain-lain ke dunia baru. Namun, hal ini juga menyebabkan penindasan dan penghancuran terhadap agama dan budaya lokal di dunia baru yang dianggap sesat atau pagan oleh bangsa Eropa. Selain itu, hal ini juga menimbulkan percampuran ras antara bangsa Eropa dengan penduduk asli atau budak Afrika yang membentuk masyarakat multikultural di dunia baru.
Baca Juga:  Walisongo: Para Penyebar Islam di Jawa yang Berdakwah dengan Damai, Bijaksana, dan Kreatif

Kesimpulan

Gold, Glory, Gospel adalah semboyan yang mendasari aktivitas eksplorasi, eksploitasi, dan pada akhirnya kolonialisme serta imperialisme yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol di dunia baru pada tahun 1400 hingga 1750an. Semboyan ini mencerminkan tujuan dari penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa Eropa, yaitu mencari kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama. Semboyan ini juga memiliki dampak yang besar bagi sejarah dunia, baik dari segi ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: