Menu Tutup

Mengapa air Tak Kunjung Habis walaupun kita gunakan setiap hari?

Air adalah sumber kehidupan yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Air juga merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan dalam berbagai kegiatan sehari-hari, seperti minum, mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa air tak kunjung habis walaupun kita gunakan setiap hari? Apakah ada sumber air yang tak terbatas di bumi ini? Bagaimana siklus air yang membuatnya tetap tersedia bagi kita?

Sumber Air di Bumi

Sebelum menjawab pertanyaan mengapa air tak kunjung habis, kita perlu mengetahui terlebih dahulu, dari mana asal air di bumi ini. Menurut para ilmuwan, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan asal-usul air di bumi, antara lain:

  • Teori komet: Air di bumi berasal dari komet yang mengandung es dan debu yang bertabrakan dengan bumi pada masa awal pembentukan tata surya.
  • Teori planetesimal: Air di bumi berasal dari planetesimal, yaitu benda-benda langit berukuran kecil yang terbentuk dari debu dan gas di cakram protoplanet, yang kemudian terakumulasi menjadi planet-planet, termasuk bumi.
  • Teori degasing: Air di bumi berasal dari proses degasing, yaitu pelepasan gas dan uap air dari dalam bumi akibat aktivitas vulkanik dan tektonik.

Teori-teori tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, karena belum ada bukti yang pasti dan meyakinkan. Namun, yang pasti, air sudah ada di bumi sejak miliaran tahun yang lalu, dan jumlahnya relatif konstan, yaitu sekitar 1,4 miliar kilometer kubik. Jumlah air ini setara dengan volume bola berdiameter 1.385 kilometer.

Siklus Air di Bumi

Jumlah air di bumi yang relatif konstan ini tidak berarti bahwa air tersebut tidak berubah-ubah bentuk dan tempatnya. Air di bumi selalu mengalami siklus, yaitu perpindahan dan perubahan wujud air dari satu tempat ke tempat lain, baik di permukaan, di udara, maupun di dalam tanah. Siklus air ini dipengaruhi oleh energi matahari, gaya gravitasi bumi, dan kondisi atmosfer.

Baca Juga:  Demokrasi dan HAM: Dua Konsep yang Saling Berkaitan dan Saling Melengkapi dalam Konteks Kehidupan Manusia

Siklus air di bumi dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Evaporasi: Proses perubahan wujud air dari cair menjadi gas akibat pemanasan oleh matahari. Evaporasi terjadi di permukaan air, seperti laut, danau, sungai, dan lain-lain.
  • Transpirasi: Proses pelepasan uap air dari tumbuhan ke udara akibat fotosintesis. Transpirasi terjadi di daerah-daerah yang ditumbuhi oleh vegetasi, seperti hutan, ladang, dan taman.
  • Kondensasi: Proses perubahan wujud air dari gas menjadi cair akibat pendinginan oleh udara dingin. Kondensasi terjadi di udara, membentuk awan, kabut, atau embun.
  • Presipitasi: Proses jatuhnya air dari udara ke permukaan bumi akibat beratnya butir-butir air yang terbentuk di awan. Presipitasi terjadi dalam bentuk hujan, salju, atau hujan es, tergantung pada suhu udara.
  • Infiltrasi: Proses masuknya air ke dalam tanah akibat gaya gravitasi. Infiltrasi terjadi di permukaan tanah yang berpori, seperti tanah liat, pasir, atau kerikil.
  • Run off: Proses mengalirnya air di permukaan bumi akibat gaya gravitasi. Run off terjadi di permukaan tanah yang tidak berpori, seperti batu, aspal, atau beton, atau di permukaan tanah yang sudah jenuh oleh air.
  • Perkolasi: Proses mengalirnya air di dalam tanah akibat gaya gravitasi. Perkolasi terjadi di lapisan-lapisan tanah yang berpori, membentuk air tanah atau akuifer.
  • Eksfiltrasi: Proses keluarnya air dari dalam tanah ke permukaan bumi akibat tekanan air tanah. Eksfiltrasi terjadi di daerah-daerah yang memiliki mata air, seperti pegunungan, lembah, atau dataran rendah.
Baca Juga:  Mengapa Air Hujan Bisa Dingin? Penjelasan Ilmiah dari Proses Terjadinya Hujan

Siklus air ini berlangsung secara terus-menerus dan saling berhubungan, sehingga menjaga ketersediaan dan keseimbangan air di bumi. Air yang kita gunakan setiap hari sebenarnya adalah bagian dari siklus air ini, yang kemudian akan kembali ke alam dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, air tak kunjung habis walaupun kita gunakan setiap hari.

Pentingnya Menjaga Kualitas dan Kuantitas Air

Meskipun air tak kunjung habis walaupun kita gunakan setiap hari, bukan berarti kita bisa seenaknya menggunakan dan membuang air. Air yang kita gunakan sehari-hari sebagian besar berasal dari air permukaan, seperti sungai, danau, atau waduk, atau dari air tanah, seperti sumur atau pompa. Air permukaan dan air tanah ini sangat rentan tercemar oleh limbah domestik, industri, pertanian, atau kegiatan manusia lainnya. Pencemaran air ini dapat mengurangi kualitas dan kuantitas air yang tersedia bagi kita.

Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti penurunan kesehatan, kematian ikan dan biota air, kerusakan ekosistem, dan penurunan produktivitas. Kuantitas air yang berkurang dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kekeringan, kelangkaan air, konflik sumber daya, dan bencana alam. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kualitas dan kuantitas air dengan cara-cara berikut:

  • Menghemat penggunaan air sehari-hari, seperti dengan mematikan keran saat tidak digunakan, mandi dengan cepat, menggunakan ember atau gayung saat mencuci, dan menggunakan mesin cuci atau dishwasher yang hemat air.
  • Mengolah limbah air sebelum dibuang ke lingkungan, seperti dengan menggunakan septik tank, biopori, atau instalasi pengolahan air limbah.
  • Menghindari pembuangan sampah, pestisida, deterjen, minyak, atau bahan kimia lainnya ke sungai, danau, atau sumur.
  • Menanam pohon dan tanaman di sekitar sumber air, untuk mencegah erosi, menyerap air hujan, dan menyediakan habitat bagi biota air.
  • Mengikuti program-program konservasi air yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, atau masyarakat, seperti dengan membayar pajak air, mengikuti gerakan satu juta sumur, atau berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya air bersama.
Baca Juga:  Faktor-Faktor yang Menghambat Koperasi Menjadi Pemain Utama dalam Perekonomian Indonesia dan Upaya-Upaya untuk Mengatasinya
Posted in Ragam

Artikel Terkait: