Menu Tutup

Mengenal Kelenjar Adrenal: Fungsi, Hormon, dan Penyakitnya

Kelenjar adrenal adalah kelenjar endokrin yang terletak di atas ginjal. Kelenjar ini berbentuk segitiga dan berukuran sekitar 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian utama, yaitu korteks adrenal dan medula adrenal, yang masing-masing memiliki fungsi dan hormon yang berbeda. Kelenjar adrenal berperan penting dalam mengatur respon tubuh terhadap stres, metabolisme, tekanan darah, dan hormon seks. Gangguan pada kelenjar adrenal dapat menyebabkan berbagai penyakit yang memengaruhi kesehatan tubuh.

Korteks Adrenal

Korteks adrenal adalah lapisan luar dari kelenjar adrenal. Korteks adrenal terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona glomerulosa, zona fasiculata, dan zona reticularis. Tiap zona menghasilkan hormon steroid tertentu, yaitu:

  • Zona glomerulosa: menghasilkan hormon aldosteron, yang merupakan mineralokortikoid utama. Aldosteron berfungsi untuk mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh, terutama natrium dan kalium. Aldosteron juga mempengaruhi tekanan darah dengan meningkatkan reabsorpsi air dan natrium di ginjal. Sekresi aldosteron diatur oleh konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstraseluler.
  • Zona fasiculata: menghasilkan hormon kortisol, yang merupakan glukokortikoid utama. Kortisol berfungsi untuk meningkatkan glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis di hati dan menghambat pengambilan glukosa oleh jaringan perifer. Kortisol juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak, serta memiliki efek anti-inflamasi dan imunosupresif. Sekresi kortisol diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis melalui hormon adrenokortikotropik (ACTH).
  • Zona reticularis: menghasilkan hormon androgen adrenal, seperti dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion, yang merupakan prekursor dari testosteron dan estrogen. Androgen adrenal berfungsi untuk mempengaruhi perkembangan seksual sekunder, libido, dan massa otot. Sekresi androgen adrenal diatur oleh ACTH, serta faktor lain seperti hormon perangsang-androgen korteks yang disekresi oleh hipofisis.

Gangguan pada produksi hormon korteks adrenal dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain:

  • Sindrom Cushing: kondisi yang ditandai oleh kadar kortisol yang terlalu tinggi dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya tumor atau hiperplasia), atau dari hipofisis (misalnya tumor atau hipersekresi ACTH). Gejala sindrom Cushing antara lain obesitas sentripetal (pembengkakan wajah, leher, dan perut), striae rubra (garis-garis merah pada kulit), hipertensi, diabetes, osteoporosis, infeksi berulang, hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih), amenore (tidak haid), dan depresi.
  • Penyakit Addison: kondisi yang ditandai oleh kadar kortisol dan aldosteron yang terlalu rendah dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya autoimun, infeksi, atau perdarahan), atau dari hipofisis (misalnya tumor atau hiposekresi ACTH). Gejala penyakit Addison antara lain kelemahan otot, penurunan berat badan, hipotensi, dehidrasi, hiperpigmentasi kulit (kulit menjadi gelap), hipoglikemia, anoreksia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, diare, dan gangguan elektrolit.
  • Hiperaldosteronisme: kondisi yang ditandai oleh kadar aldosteron yang terlalu tinggi dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya tumor atau hiperplasia zona glomerulosa), atau dari faktor ekstrarenal (misalnya stenosis arteri renalis, atau peningkatan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron). Gejala hiperaldosteronisme antara lain hipertensi, hipokalemia (kadar kalium rendah dalam darah), alkalosis metabolik (pH darah meningkat), poliuria (buang air kecil berlebihan), polidipsia (haus berlebihan), kelemahan otot, dan kram.
  • Hipoaldosteronisme: kondisi yang ditandai oleh kadar aldosteron yang terlalu rendah dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya defisiensi enzim, atau kerusakan zona glomerulosa), atau dari faktor ekstrarenal (misalnya penggunaan obat antihipertensi, atau penurunan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron). Gejala hipoaldosteronisme antara lain hipotensi, hiperkalemia (kadar kalium tinggi dalam darah), asidosis metabolik (pH darah menurun), dehidrasi, anoreksia, mual, muntah, dan gangguan elektrolit.
  • Hiperandrogenisme: kondisi yang ditandai oleh kadar androgen adrenal yang terlalu tinggi dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya tumor atau hiperplasia zona reticularis), atau dari hipofisis (misalnya hipersekresi ACTH). Gejala hiperandrogenisme antara lain virilisasi (perubahan karakteristik seksual sesuai jenis kelamin lawan) pada wanita, seperti pertumbuhan rambut wajah dan tubuh, suara menjadi kasar, klitoris membesar, payudara mengecil, dan siklus haid tidak teratur. Pada pria, gejala hiperandrogenisme kurang jelas, namun bisa berupa ginekomastia (pembesaran payudara) atau infertilitas.
  • Hipoandrogenisme: kondisi yang ditandai oleh kadar androgen adrenal yang terlalu rendah dalam darah. Penyebabnya bisa berasal dari korteks adrenal itu sendiri (misalnya defisiensi enzim, atau kerusakan zona reticularis), atau dari hipofisis (misalnya hiposekresi ACTH). Gejala hipoandrogenisme antara lain hipogonadisme (penurunan fungsi gonad) pada pria, seperti penurunan libido, impotensi, atrofi testis, infertilitas, dan osteoporosis. Pada wanita, gejala hipoandrogenisme kurang jelas, namun bisa berupa penurunan libido atau depresi.
Baca Juga:  Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

Medula Adrenal

Medula adrenal adalah lapisan dalam dari kelenjar adrenal. Medula adrenal terdiri dari sel-sel kromafin yang menghasilkan hormon katekolamin, yaitu:

  • Adrenalin: hormon yang berfungsi untuk meningkatkan respon stres tubuh dengan merangsang detak jantung, kontraksi jantung, tekanan darah, bronkodilasi (pelebaran saluran napas), glukoneogenesis, lipolisis (pemecahan lemak), dan penurunan aktivitas saluran cerna. Sekresi adrenalin diatur oleh sistem saraf simpatis melalui impuls preganglionik.
  • Noradrenalin: hormon yang berfungsi untuk meningkatkan respon stres tubuh dengan merangsang konstriksi pembuluh darah perifer, tekanan darah, dan glukoneogenesis. Sekresi noradrenalin diatur oleh sistem saraf simpatis melalui impuls preganglionik.

Hormon adrenalin dan noradrenalin memiliki efek fisiologis yang berkaitan dengan dua jenis reseptor adrenergik, yaitu reseptor alfa dan reseptor beta. Reseptor alfa terdapat pada pembuluh darah perifer dan saluran cerna. Reseptor beta terdapat pada jantung, bronkus, hati, lemak, dan otot rangka. Adrenalin memiliki afinitas yang sama terhadap reseptor alfa dan beta. Noradrenalin memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor alfa daripada beta. Efek fisiologis dari aktivasi reseptor alfa dan beta adalah sebagai berikut:

  • Reseptor alfa-1: menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan aliran darah ke jaringan perifer.
  • Reseptor alfa-2: menyebabkan penurunan sekresi noradrenalin, menghambat sekresi insulin, dan meningkatkan agregasi trombosit.
  • Reseptor beta-1: menyebabkan peningkatan detak jantung, kontraksi jantung, dan konduksi listrik jantung, meningkatkan tekanan darah dan curah jantung.
  • Reseptor beta-2: menyebabkan bronkodilasi, relaksasi otot polos pembuluh darah dan saluran cerna, meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati, meningkatkan lipolisis di lemak, dan meningkatkan aliran darah ke otot rangka.
Baca Juga:  Resiko Usaha Ternak Sapi dan Cara Mengatasinya

Hormon adrenalin dan noradrenalin juga memiliki penggunaan secara medis untuk mengobati beberapa kondisi, antara lain:

  • Anafilaktik: reaksi alergi yang parah yang dapat menyebabkan syok anafilaktik, yaitu penurunan tekanan darah yang drastis akibat vasodilatasi dan kehilangan cairan. Pengobatan anafilaktik adalah dengan pemberian adrenalin secara intramuskular atau subkutan untuk menimbulkan efek vaso-konstriktor dan bronko-dilator.
  • Syok septik: kondisi yang ditandai oleh penurunan tekanan darah yang berat akibat infeksi bakteri yang menyebabkan vasodilatasi dan peradangan sistemik. Pengobatan syok septik adalah dengan pemberian noradrenalin secara intravena untuk menimbulkan efek vaso-konstriktor.

Gangguan pada produksi hormon medula adrenal dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain:

  • Feokromositoma: tumor jinak atau ganas yang berasal dari sel-sel kromafin medula adrenal. Tumor ini menghasilkan hormon katekolamin secara berlebihan, sehingga menyebabkan hipertensi paroksismal (tekanan darah naik turun), palpitasi (detak jantung tidak teratur), keringat berlebihan, sakit kepala, tremor (gemetar), dan kecemasan.
  • Neuroblastoma: tumor ganas yang berasal dari sel-sel saraf simpatis embrionik. Tumor ini biasanya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Tumor ini dapat menghasilkan hormon katekolamin secara berlebihan atau tidak. Gejala neuroblastoma antara lain benjolan di perut atau leher, nyeri tulang, penurunan berat badan, anemia, demam, dan hipertensi.

Penutup

Kelenjar adrenal adalah kelenjar endokrin yang terletak di atas ginjal. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu korteks adrenal dan medula adrenal. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid, seperti aldosteron, kortisol, dan androgen adrenal. Medula adrenal menghasilkan hormon katekolamin, seperti adrenalin dan noradrenalin. Hormon-hormon ini berperan penting dalam mengatur respon stres, metabolisme, tekanan darah, dan hormon seks. Gangguan pada kelenjar adrenal dapat menyebabkan berbagai penyakit yang memengaruhi kesehatan tubuh.

Baca Juga:  Cara Panen Sarang Walet yang Tepat dan Sesuai dengan Kondisi Burung Walet

Untuk menjaga kesehatan kelenjar adrenal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Menghindari stres berlebihan yang dapat merusak kelenjar adrenal
  • Mengkonsumsi makanan sehat yang kaya akan vitamin C, B5, magnesium, zink, dan asam lemak omega-3
  • Menghindari makanan olahan yang tinggi gula, garam, lemak, dan pengawet
  • Mengatur pola tidur yang cukup dan teratur
  • Berolahraga secara rutin dan sesuai dengan kemampuan tubuh
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi adanya gangguan pada kelenjar adrenal
Posted in Ragam

Artikel Terkait: