Menu Tutup

Sejarah dan Makna 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara, meninggalkan jejak sejarah melalui tujuh prasasti yang ditemukan di wilayah Jawa Barat. Prasasti-prasasti ini memberikan gambaran tentang kehidupan, pemerintahan, dan budaya pada masa kejayaan kerajaan tersebut. Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai ketujuh prasasti tersebut:

1. Prasasti Ciaruteun

Ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Prasasti Ciaruteun pertama kali dilaporkan pada tahun 1863. Prasasti ini menampilkan pahatan sepasang telapak kaki Raja Purnawarman, yang disamakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu, menunjukkan legitimasi dan kekuasaan raja. Teks dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta ini memuji keberanian dan keagungan Raja Purnawarman sebagai penguasa Tarumanegara.

2. Prasasti Kebon Kopi

Dikenal juga sebagai Prasasti Tapak Gajah, prasasti ini ditemukan di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti ini menampilkan pahatan sepasang telapak kaki gajah yang diasosiasikan dengan Airawata, gajah tunggangan Dewa Indra. Teksnya menyebutkan bahwa telapak kaki tersebut milik gajah penguasa Tarumanegara yang agung, yang menunjukkan kekuatan dan kebesaran Raja Purnawarman.

3. Prasasti Tugu

Ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, Koja, Jakarta Utara, Prasasti Tugu merupakan prasasti terpanjang dari masa Tarumanegara. Prasasti ini mencatat proyek penggalian dua sungai, yaitu Sungai Candrabhaga dan Sungai Gomati, yang masing-masing memiliki panjang sekitar 11 km. Penggalian ini bertujuan untuk irigasi dan pencegahan banjir, menunjukkan perhatian Raja Purnawarman terhadap kesejahteraan rakyatnya.

4. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)

Terletak di Bukit Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Prasasti Jambu ditemukan pada tahun 1854. Prasasti ini menampilkan pahatan sepasang telapak kaki Raja Purnawarman dan teks yang memuji keberanian serta kemampuannya dalam menaklukkan musuh. Hal ini menunjukkan kekuatan militer dan kepemimpinan Raja Purnawarman.

5. Prasasti Cidanghiang (Lebak)

Ditemukan di tepi Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, Prasasti Cidanghiang berisi dua baris teks dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Teks tersebut memuji Raja Purnawarman sebagai raja yang gagah berani dan menjadi panutan bagi raja-raja lain. Prasasti ini menegaskan dominasi dan pengaruh Tarumanegara di wilayah tersebut.

6. Prasasti Pasir Awi

Terletak di Bukit Pasir Awi, Desa Sukamakmur, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Prasasti Pasir Awi ditemukan pada tahun 1864. Prasasti ini menampilkan pahatan berbentuk sulur-suluran dan aksara yang menyerupai huruf ikal. Namun, hingga kini, isi prasasti ini belum berhasil diinterpretasikan secara jelas oleh para ahli.

7. Prasasti Muara Cianten

Ditemukan di muara Sungai Cianten, dekat dengan lokasi Prasasti Ciaruteun, Prasasti Muara Cianten menampilkan pahatan yang menyerupai aksara ikal atau sulur-suluran. Seperti Prasasti Pasir Awi, isi prasasti ini belum dapat dibaca dan diinterpretasikan dengan jelas hingga saat ini.

Ketujuh prasasti ini tidak hanya menjadi bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang sistem pemerintahan, kepercayaan, dan kehidupan sosial pada masa itu. Melalui prasasti-prasasti ini, kita dapat memahami bagaimana Raja Purnawarman memerintah dengan bijaksana, memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, dan membangun infrastruktur yang mendukung pertanian serta perekonomian kerajaan. Selain itu, penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta menunjukkan tingkat peradaban dan pengaruh budaya India yang kuat pada masa itu.

Penemuan dan studi terhadap prasasti-prasasti ini juga menegaskan pentingnya pelestarian situs-situs sejarah sebagai sumber pengetahuan dan identitas budaya bangsa. Dengan memahami dan menghargai warisan sejarah seperti prasasti-prasasti Tarumanegara, kita dapat memperkuat jati diri nasional dan mengambil pelajaran berharga dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Posted in Sejarah

Artikel Lainnya