Menu Tutup

Situs Trinil: Tempat Penemuan Homo Erectus dan Ekspresi Seni Tertua Manusia Purba

Trinil adalah sebuah situs paleoantropologi di Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi. Situs ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Di situs ini, ditemukan fosil-fosil manusia purba dan binatang purba yang hidup pada zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu. Situs Trinil juga menjadi tempat penemuan Pithecanthropus erectus atau Homo erectus, yang merupakan salah satu leluhur manusia modern.

Sejarah Penelitian di Situs Trinil

Penelitian di Situs Trinil dimulai pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois, seorang dokter dan ahli anatomi asal Belanda. Dubois tertarik untuk mencari bukti evolusi manusia di Asia setelah membaca teori Charles Darwin. Ia berangkat ke Indonesia (saat itu Hindia Belanda) dan mendapat izin dari pemerintah kolonial untuk melakukan ekskavasi di berbagai tempat.

Pada tahun 1891, Dubois menemukan fosil tulang rahang bawah manusia purba di Trinil. Ia menamakan fosil tersebut Pithecanthropus erectus, yang berarti “kera berdiri”. Pada tahun 1892, ia menemukan fosil tengkorak manusia purba di lokasi yang sama. Ia mengklaim bahwa fosil-fosil tersebut merupakan bentuk transisi antara kera dan manusia.

Dubois juga menemukan fosil-fosil binatang purba di Trinil, seperti gajah purba (Stegodon), macan purba (Felis tigris), banteng purba (Bibos palaeosondaicus), dan rusa purba (Cervidae). Ia mengira bahwa binatang-binatang tersebut merupakan mangsa dari Pithecanthropus erectus.

Baca Juga:  Biografi Michelangelo: Seniman Renaisans yang Menciptakan Karya-Karya Agung

Dubois membawa fosil-fosil tersebut ke Belanda dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah. Namun, temuannya tidak diterima dengan baik oleh para ilmuwan lainnya. Banyak yang meragukan keaslian dan klasifikasi fosil-fosil tersebut. Dubois menjadi frustrasi dan menyimpan fosil-fosil tersebut di lemari besinya selama beberapa dekade.

Pada tahun 1907, terjadi ekspedisi besar-besaran di Trinil yang dipimpin oleh E. Selenka, seorang ahli zoologi dari Jerman. Ekspedisi ini menemukan lebih banyak fosil manusia purba dan binatang purba di situs tersebut. Namun, ekspedisi ini juga tidak mendapat pengakuan yang memadai dari dunia ilmiah.

Baru pada tahun 1920-an, fosil-fosil Dubois mulai diteliti kembali oleh para ahli antropologi seperti G.H.R. von Koenigswald dan Ralph von Koenigswald. Mereka mengkonfirmasi bahwa fosil-fosil tersebut memang berasal dari manusia purba yang berbeda dari manusia modern. Mereka juga mengubah nama Pithecanthropus erectus menjadi Homo erectus, yang berarti “manusia berdiri”.

Pada tahun 1936, von Koenigswald menemukan fosil manusia purba lainnya di Sangiran, Jawa Tengah, yang lebih tua dari Homo erectus. Ia menamakan fosil tersebut Meganthropus palaeojavanicus, yang berarti “manusia raksasa Jawa kuno”. Fosil ini kemudian diklasifikasikan sebagai varian dari Homo erectus.

Pada tahun 1941, von Koenigswald menemukan fosil manusia purba lagi di Mojokerto, Jawa Timur, yang lebih muda dari Homo erectus. Ia menamakan fosil tersebut Homo modjokertensis, yang berarti “manusia Mojokerto”. Fosil ini kemudian diklasifikasikan sebagai varian dari Homo sapiens.

Pada tahun 1950-an hingga 1970-an, dilakukan penelitian lebih lanjut di Trinil oleh para ahli antropologi Indonesia seperti Teuku Jacob dan Sartono. Mereka menemukan fosil-fosil manusia purba dan binatang purba lainnya yang menambah pengetahuan tentang kehidupan di situs tersebut.

Baca Juga:  Cara Meningkatkan Bobot Sapi dengan Cepat dan Sehat

Pada tahun 2016, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan kerjasama penelitian dengan Universitas Leiden dan Museum Naturalis Belanda di Situs Trinil. Kerjasama ini terjalin karena Dubois tidak menyadari adanya ukiran pada kerang yang ditemukannya. Ukiran tersebut diduga merupakan bentuk ekspresi seni tertua yang pernah dibuat oleh manusia purba.

Museum Trinil

Untuk melestarikan dan memamerkan temuan-temuan arkeologi di Situs Trinil, dibangunlah Museum Trinil pada tahun 1991. Museum ini menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Homo erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba, fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba, dan fosil tanduk banteng purba.

Museum ini juga menyediakan fasilitas pendidikan dan penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan, ruang seminar, dan ruang pameran. Selain itu, museum ini juga memiliki taman rekreasi yang menampilkan replika manusia purba dan binatang purba dalam ukuran aslinya.

Museum Trinil buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Tiket masuk museum ini adalah Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak. Pengunjung dapat menghubungi nomor telepon (0351) 745555 untuk informasi lebih lanjut.

Kesimpulan

Trinil adalah sebuah situs paleoantropologi yang sangat penting bagi sejarah dan perkembangan manusia. Di situs ini, ditemukan fosil-fosil manusia purba dan binatang purba yang hidup pada zaman Pleistosen Tengah. Situs ini juga menjadi tempat penemuan Homo erectus, yang merupakan salah satu leluhur manusia modern.

Baca Juga:  Sapi Limousin: Jenis Sapi Potong yang Berotot dan Berkualitas

Penelitian di Situs Trinil telah dilakukan sejak akhir abad ke-19 hingga sekarang oleh berbagai ahli dari dalam dan luar negeri. Penelitian ini telah menghasilkan berbagai temuan yang menarik dan menantang, seperti ukiran pada kerang yang diduga merupakan bentuk ekspresi seni tertua.

Untuk melestarikan dan memamerkan temuan-temuan arkeologi di Situs Trinil, dibangunlah Museum Trinil yang menyediakan fasilitas pendidikan dan penelitian, serta taman rekreasi. Museum ini dapat dikunjungi oleh siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan manusia purba di Indonesia.

Sumber:
(1) Trinil – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Trinil.
(2) Situs Trinil di Ngawi, Ada Peninggalan Zaman Purba, Tempat Prasejarah …. https://www.jatimhariini.co.id/seni-budaya/8829369989/situs-trinil-di-ngawi-ada-peninggalan-zaman-purba-tempat-prasejarah-dengan-nilai-arkeologi-tinggi.
(3) Museum Trinil – Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud. https://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/Museum+Trinil.
(4) Situs Trinil, Situs Prasejarah Temuan Eugene Dubois – Kompas.com. https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/13/130000379/situs-trinil-situs-prasejarah-temuan-eugene-dubois.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: