Menu Tutup

Sejarah Kehidupan Nabi Musa AS

1. Silsilah Nabi Musa As.

Nabi Musa lahir di Mesir 1527 SM pada pemerintahan Merneptah, pendapat lain mengatakan Ramses Akbar atau Thutmosis atau Firaun. Musa adalah seorang pemimpin dan Nabi orang Israel dan memiliki tugas membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Nama beliau disebutkan sebanyak 136 kali di dalam Al-Quran.

Musa bin Imran bin Fahis bin ‘Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya adalah Yuhanaz Bilzal.

Nabi Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, IlyAs. Dalam kisah Nabi Muhammad saat perjalanan menuju ke Sidrat al-Muntaha dan sampai ke langit Al-Khaliishah (Keenam), Beliau (Muhammad) melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar, berambut lebat, berjenggot putih dan panjang hingga menutupi dadanya, sembari memegang tongkat.

2. Musa Kecil Memakan Bara Api

Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak- anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” Karena Firaun tidak percaya, akhirnya dia menguji Musa dengan sajian Roti dan Bara api, diceritakan di dalam hadist bahwa sebenarnya Musa berniat mengambil Roti akan tetapi oleh malaikat dialihkanlah sehingga tangannya memegang Bara Api kemudian memakannya, sejak itulah Musa menjadi cadal dan selamat dari ancaman Firaun.

Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” adalah tempat penemuannya di tepi sungai Nil.

3. Ujian Nabi Musa Hingga Menikah

Bermula saat musa sedang melihat-lihat di sekitar kota Memphis (Nama Berhala), ia melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing dari kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Mesir bernama Fatun, seketika Ia ingin mendamaikan mereka akan tetapi ditepis oleh Fatun, spontan Musa langsung memukul kepala Fatun, hanya satu pukulan Fatun pun tewAs. Sebab tindakannya itu, Musa kemudian meminta ampun kepada Allah sebagaimana diceritakan di dalam Al-Qur’an, Musa berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. QS. Al-Qashash [28]:16).

Tak lama berselang, kasus pembunuhannya diketahui oleh masyarakat desa hingga kabar itu sampai di telinga Firaun, akhirnya Firaun mengutus anak buahnya untuk menangkap Musa. Karena terdesak Musa akhirnya lari dari Mesir, perjalanannya tak tentu arah dan tujuan sampai 8 hari, tibalah dia di kota Madyan, yaitu kotanya Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina. Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib cukup lama, sehingga Ia menikah dengan anak perempuannya Nabi Syu’aib bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan berkeluarga di Madyan, Musa kembali ke Mesir.

4. Musa Pulang ke Mesir

Musa meminta izin kepada Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, sesampainya di Bukit Sinai, Musa melihat Api, dia berpikir bahwa api itu bisa digunakannya untuk obor guna menerangi perjalanannya. Sejenak Musa meninggalkan istrinya untuk mendapatkan api tersebut.

Sesampainya di puncak, Musa melihat api itu menyala di batang pohon tetapi tidak

membakar pohon itu, Musa pun bingung, lantas terdengarlah suara Wahyu Allah sebagaiamana dijelaskan dalam firman-Nya berikut:

Artinya: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir

lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam (30), dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman (31), Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir´aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik” (32). (QS. Al-Qashash [28]:30-32)

Demikian itulah mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah kepada Musa: fisik kuat, tongkat, dan tangan bersinar.

Firaun marah ketika mendengar Musa pulang dengan membawa ajaran baru, merasa martabatnya jatuh, ia akhirnya menantang Musa untuk membuktikan bahwa Ia (Musa) benar-benar utusan Allah. Firaun mengutus para penyihirnya untuk bertanding melawan Musa, Para penyihir melemparkan tali mereka dan berubah jadi ular, selanjutnya disusul

oleh Musa setelah mendapatkan wahyu dari Allah:

Artinya: “Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan

apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (QS. Thaha[20]:69)

Musa pun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular besar kemudian memakan seluruh ular milik penyihir tadi, para penyihirpun terheran-heran melihatnya, hingga beberapa diantara mereka insaf. Mendengar hal itu Firaun marah dan menghukum mereka (Musa dan pengikutnya) tak terkecuali istri Firaun sendiri yang dibunuh dengan cara keji (disalip dan ditusuk kemaluannya dengan benda tajam).

Nabi Musa bersama pengikutnya terpakasa melarikan diri hingga sampai di Laut Merah. Namun, Fir’aun dan tentaranya masih mengejar mereka dari belakang. Nabi Musa

pun mendapatkan wahyu dari Allah: “…dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS. Al- Baqarah [2]:50). “Lalu kami wahyukan kepada Musa: pukullah lautan itu dengan tongkatmu: maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu’ara’:63)

Seketika Musa memukulkan tongkatnya ke laut merah dan terbelahlah laut tersebut, Musa dan pengikutnya lari menyeberangi lautan tersebut, hingga sampailah mereka di Ntepian seberang laut merah sedang Firaun dan tentaranya masih di tengah lautan, maka Allah menutup kembali laut merah tersebut. Pada akhirnya Firaun dan tentaranya mati tenggelam di laut merah.

5. Musa Bermunajat di Bukit Sina

Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan dari Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari di bulan Zulkaedah. Ketika akan bermunajat, dia merasa bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah daun kayu (siwakan), lalu perbuatannya ditegur malaikat dan dia diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.

Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gemetar seluruh tubuh lalu pingsan.

6. Sepuluh (10) Perintah Allah Kepada Musa

Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah seraya berkata: “Maha besar Engkau ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku maka aku akan menjadi hamba yang pertama iman kepada-MU.” Saat itulah Allah menurunkan kitab Taurat kepadanya. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu, yang diturunkan secara terperinci dan bertahap. Total sebanyak 10 perintah, yaitu:

  1. Akulah Tuhan, Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.
  2. Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai
  3. Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
  4. Ingatlah dan kuduskanlah hari
  5. Hormatilah ayah dan
  6. Jangan
  7. Jangan
  8. Jangan
  9. Jangan mengucapkan saksi dusta
  10. Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).

Baca Juga: