Menu Tutup

Kerajaan Aceh: Sejarah, Kejayaan dan Peninggalan

Kerajaan Aceh adalah salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Nusantara yang berdiri sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam, perdagangan internasional, dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Artikel ini akan membahas sejarah, kejayaan dan peninggalan Kerajaan Aceh.

Sejarah Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 M¹². Ia berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Aceh dan menaklukkan Samudera Pasai, salah satu pusat Islam di Sumatera². Ia juga membangun angkatan darat dan laut yang kuat untuk menghadapi ancaman dari Barat, terutama Portugis yang telah menguasai Melaka².

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)¹². Di bawah kepemimpinannya, Aceh berhasil menguasai Pahang, sumber timah utama di Nusantara, dan menyerang Melaka beberapa kali². Sultan Iskandar Muda juga memperluas wilayah Aceh hingga ke Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Nias². Ia juga memperkuat hubungan diplomatik dengan Kesultanan Utsmaniyah dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya².

Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran setelah kematian Sultan Iskandar Muda. Penyebabnya antara lain adalah persaingan internal antara para ulama dan ulèëbalang (pemimpin daerah), konflik suksesi antara para sultan dan sultanah, serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga seperti Minangkabau dan Banten, serta campur tangan Belanda yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempah².

Baca Juga:  Nasionalisme Indonesia: Pengertian, Sejarah, dan Peran Pendidikan

Kerajaan Aceh berakhir pada tahun 1903 M setelah Belanda berhasil menaklukkan ibu kota Kutaraja dalam Perang Aceh yang berlangsung selama 30 tahun¹². Sultan terakhir Kerajaan Aceh adalah Muhammad Daud Syah yang ditangkap dan dibuang ke Sumatera Utara².

Kejayaan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh memiliki beberapa kejayaan yang patut dibanggakan, baik di bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Berikut ini adalah beberapa contohnya.

– Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Eropa. Pada tahun 1602 M, Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil mengirim utusan ke Inggris untuk meminta bantuan melawan Portugis². Pada tahun 1613 M, ia juga menerima utusan dari Belanda yang menawarkan persekutuan dagang².

– Kerajaan Aceh memiliki perdagangan internasional yang maju dan menguntungkan. Aceh menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, emas, perak, gading, lada, kopi, kapas, sutra, dan senjata di Nusantara². Aceh juga menjalin hubungan dagang dengan India, Persia, Arab Saudi, Turki, Cina, Jepang, Siam, dan Eropa².

– Kerajaan Aceh memiliki kebudayaan yang kaya dan beragam. Aceh dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, sastra, seni, dan arsitektur Islam di Nusantara². Banyak ulama, sastrawan, seniman, dan arsitek yang berasal dari Aceh atau belajar di Aceh. Beberapa karya budaya Aceh yang terkenal antara lain adalah Hikayat Aceh, Bustan al-Salatin, Tuhfat al-Nafis, Syair Perang Siak, Masjid Raya Baiturrahman, Makam Sultan Iskandar Muda, dan Rumoh Aceh².

Peninggalan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh meninggalkan banyak peninggalan yang masih dapat kita lihat dan kunjungi hingga saat ini. Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh yang terkenal antara lain adalah:

Baca Juga:  Kerajaan Islam Banten: Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan

– Masjid Raya Baiturrahman. Masjid ini merupakan simbol keagungan dan keislaman Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 M dengan gaya arsitektur Mughal¹². Masjid ini sempat dibakar oleh Belanda pada tahun 1873 M, tetapi kemudian dibangun kembali dengan bantuan masyarakat Aceh². Masjid ini memiliki tujuh kubah besar dan delapan menara yang indah².

– Makam Sultan Iskandar Muda. Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir Sultan Iskandar Muda dan istrinya, Putri Kamaliah atau Putroe Phang². Makam ini terletak di Gampong Pande, Banda Aceh. Makam ini dibangun dengan gaya arsitektur Utsmaniyah dengan ornamen kaligrafi dan geometris². Makam ini juga dikelilingi oleh tembok tinggi yang melambangkan kebesaran Sultan Iskandar Muda².

– Rumoh Aceh. Rumoh Aceh adalah rumah adat Aceh yang memiliki ciri khas berupa atap limas yang menjulang tinggi². Rumoh Aceh biasanya dibangun dari kayu dengan ukiran-ukiran yang cantik². Rumoh Aceh juga memiliki fungsi sosial dan budaya, seperti tempat berkumpul, bermusyawarah, dan mengadakan upacara adat².

Sumber:

(1) Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan. https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204418979/kerajaan-aceh-raja-raja-puncak-kejayaan-keruntuhan-dan-peninggalan.

(2) Kesultanan Aceh – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh.

(3) Kerajaan Aceh: Peninggalan, Puncak Kejayaan hingga Keruntuhan – Suara.com. https://www.suara.com/news/2021/08/21/190845/kerajaan-aceh-peninggalan-puncak-kejayaan-hingga-keruntuhan.

(4) Kerajaan Aceh : Sejarah, Raja, Peninggalan dan Masa Kejayaan – RomaDecade. https://www.romadecade.org/Kerajaan-Aceh/.

Posted in Keislaman

Artikel Terkait: