Menu Tutup

Kerajaan Medang Kamulan: Sejarah, Peninggalan, dan Kejayaan

Kerajaan Medang Kamulan adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu, yang sebelumnya berpusat di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan didirikan oleh Mpu Sindok, seorang pejabat istana yang memiliki kedudukan tinggi di Mataram Kuno. Kerajaan ini berlangsung dari abad ke-10 hingga abad ke-11, dan mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh dan Raja Airlangga. Kerajaan ini juga meninggalkan beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi yang menjadi saksi sejarah kebudayaan Jawa kuno.

Sejarah Kerajaan Medang Kamulan

Sejarah kerajaan Medang Kamulan dimulai dari runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno akibat serangan Sriwijaya pada tahun 928 M. Raja terakhir Mataram Kuno, Dyah Wawa, tewas dalam pertempuran melawan Sriwijaya. Mpu Sindok, yang merupakan menantu Dyah Wawa dan juga pejabat istana yang berpengaruh, berhasil menyelamatkan diri dan membawa sebagian rakyat Mataram ke Jawa Timur. Di sana, ia mendirikan kerajaan baru dengan nama Medang Kamulan, yang berarti “tempat asal” atau “tempat mulia”. Mpu Sindok memilih daerah Jombang sebagai pusat kerajaannya, karena di sana terdapat sungai Brantas yang subur dan strategis.

Mpu Sindok memerintah dari tahun 929 hingga 947 M. Ia berhasil mempertahankan kerajaannya dari ancaman Sriwijaya dan juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Ia juga mengembangkan agama Buddha dan Hindu di wilayahnya, serta membangun beberapa candi sebagai tempat ibadah dan pemujaan. Salah satu candi yang dibangun oleh Mpu Sindok adalah Candi Kalasan, yang didedikasikan untuk Dewi Tara, seorang dewi Buddha.

Setelah Mpu Sindok wafat, ia digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya, yang memerintah dari tahun 947 hingga 985 M. Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja wanita pertama di Jawa, dan juga raja yang paling lama memerintah di Medang Kamulan. Ia melanjutkan kebijakan ayahnya dalam bidang politik, agama, dan budaya. Ia juga memindahkan pusat kerajaannya dari Jombang ke Tamwlang, yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Nganjuk. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Medang Kamulan mencapai masa stabilitas dan kemakmuran.

Baca Juga:  Pengertian, Sejarah, Jenis, dan Peran Partai Politik dalam Demokrasi

Sri Isyana Tunggawijaya kemudian digantikan oleh putranya, Sri Makutawangsawardhana, yang memerintah dari tahun 985 hingga 1006 M. Sri Makutawangsawardhana adalah raja yang cakap dalam bidang militer dan diplomasi. Ia berhasil mengalahkan kerajaan Wurawari yang memberontak, dan juga menjaga hubungan baik dengan Sriwijaya dan Cina. Ia juga memindahkan pusat kerajaannya dari Tamwlang ke Watugaluh, yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Jombang.

Sri Makutawangsawardhana wafat tanpa meninggalkan putra mahkota, sehingga terjadi perebutan kekuasaan antara saudara-saudaranya. Akhirnya, salah satu saudaranya yang bernama Dharmawangsa Teguh berhasil merebut tahta dan menjadi raja dari tahun 1006 hingga 1016 M. Dharmawangsa Teguh adalah raja yang ambisius dan ekspansionis. Ia berusaha memperluas wilayah kerajaannya dengan menyerang kerajaan-kerajaan tetangga, seperti Bali, Lombok, dan Jawa Barat. Ia juga berencana menikahkan putrinya, Dharmawulan, dengan Airlangga, putra raja Bali, untuk membentuk aliansi.

Namun, rencana Dharmawangsa Teguh gagal karena Sriwijaya menentangnya. Sriwijaya mengirimkan armada besar untuk menyerang Medang Kamulan pada tahun 1016 M. Serangan ini dikenal sebagai peristiwa Pralaya Medang atau “kiamat Medang”. Kerajaan Medang Kamulan hancur berantakan akibat serangan Sriwijaya. Dharmawangsa Teguh tewas dalam pertempuran, dan sebagian besar rakyatnya tewas atau melarikan diri. Hanya Airlangga yang berhasil selamat dan melarikan diri ke hutan bersama Dharmawulan.

Airlangga kemudian membangun kembali kerajaannya dengan nama Kahuripan, yang berpusat di daerah Pasuruan. Ia memerintah dari tahun 1019 hingga 1042 M. Ia adalah raja yang bijaksana dan berwibawa. Ia berhasil menyatukan kembali wilayah Jawa Timur yang terpecah-pecah akibat serangan Sriwijaya. Ia juga mengembangkan agama Hindu dan Buddha di wilayahnya, serta membangun beberapa candi yang megah, seperti Candi Belahan dan Candi Jawi. Ia juga dikenal sebagai pelindung sastra dan seni, karena di bawah pemerintahannya, banyak karya sastra Jawa kuno yang diciptakan, seperti Arjuna Wiwaha dan Bharatayuddha.

Baca Juga:  Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said Terhadap VOC

Airlangga wafat pada tahun 1042 M. Sebelum wafat, ia membagi kerajaannya menjadi dua bagian, yaitu Jenggala dan Kediri. Hal ini dilakukan untuk menghindari perselisihan antara kedua putranya, yaitu Mapanji Garasakan dan Samarawijaya. Namun, pembagian ini justru menimbulkan persaingan dan permusuhan antara kedua kerajaan tersebut. Dengan demikian, Kerajaan Medang Kamulan berakhir bersama dengan wafatnya Airlangga.

Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan meninggalkan beberapa peninggalan yang menjadi bukti sejarah kebudayaan Jawa kuno. Peninggalan tersebut antara lain adalah:

  • Prasasti-prasasti: Kerajaan Medang Kamulan menghasilkan beberapa prasasti yang berisi informasi tentang sejarah, politik, agama, budaya, dan hukum kerajaan tersebut. Beberapa prasasti yang berasal dari kerajaan ini adalah Prasasti Mpu Sindok (929 M), Prasasti Tengaran (928 M), Prasasti Lor (929 M), Prasasti Bangil (929 M), Prasasti Kalkuta (1041 M), dan Prasasti Mantyasih (907 M). Prasasti-prasasti ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan menggunakan aksara Pallawa atau Kawi.
  • Candi-candi: Kerajaan Medang Kamulan juga membangun beberapa candi sebagai tempat ibadah dan pemujaan bagi agama Buddha dan Hindu. Beberapa candi yang berasal dari kerajaan ini adalah Candi Kalasan (778 M), Candi Sewu (792 M), Candi Sari (850 M), Candi Plaosan (850 M), Candi Borobudur (800-900 M), Candi Pawon (800-900 M), Candi Mendut (800-900 M), Candi Dieng (800-900 M), Candi Belahan (1030 M), Candi Jawi (1030 M), dan Candi Surawana (1042 M). Candi-candi ini memiliki arsitektur yang indah dan ukiran yang halus.
  • Karya sastra: Kerajaan Medang Kamulan juga menghasilkan beberapa karya sastra yang menjadi khasanah budaya Jawa kuno. Beberapa karya sastra yang berasal dari kerajaan ini adalah Arjuna Wiwaha (1030 M), Bharatayuddha (1030 M), Smaradahana (1030 M), Gatotkacasraya (1030 M), Sutasoma (1030 M), Kunjarakarna (1030 M), dan Nagarakretagama (1365 M). Karya sastra ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan menggunakan metrum atau ukuran puisi yang khas, seperti Anustubh, Arya, Guru Laghu, dan Totaka. Karya sastra ini menceritakan tentang kisah-kisah epik, romantis, religius, dan sejarah dari Jawa kuno.
Baca Juga:  Proto Melayu: Asal-Usul, Ciri-Ciri, dan Kebudayaan

Kejayaan Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan merupakan salah satu kerajaan yang berjaya di Jawa kuno. Kerajaan ini memiliki beberapa keunggulan dan prestasi dalam bidang-bidang berikut:

  • Politik: Kerajaan Medang Kamulan berhasil mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya dari ancaman Sriwijaya, yang merupakan kerajaan maritim terkuat di Nusantara pada saat itu. Kerajaan ini juga berhasil menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Bali, Lombok, Jawa Barat, dan Sumatera. Kerajaan ini juga memiliki hubungan dagang dan diplomatik dengan Cina, yang merupakan negara besar dan maju di Asia pada saat itu.
  • Agama: Kerajaan Medang Kamulan mengembangkan agama Buddha dan Hindu di wilayahnya, serta menghormati keberagaman agama dan kepercayaan yang ada di masyarakat. Kerajaan ini juga mendukung perkembangan ajaran-ajaran baru dalam agama Buddha dan Hindu, seperti Tantrayana, Mahayana, Vajrayana, Saiva Siddhanta, dan Waisnawa. Kerajaan ini juga mengirimkan utusan-utusan ke India untuk belajar tentang agama Buddha dan Hindu dari para guru dan biksu.
  • Budaya: Kerajaan Medang Kamulan menghasilkan banyak karya budaya yang menunjukkan tingkat kecerdasan dan kreativitas yang tinggi. Kerajaan ini menghasilkan banyak prasasti yang berisi informasi penting tentang sejarah, politik, agama, budaya, dan hukum kerajaan tersebut. Kerajaan ini juga membangun banyak candi yang memiliki arsitektur yang indah dan ukiran yang halus. Kerajaan ini juga menghasilkan banyak karya sastra yang menjadi khasanah budaya Jawa kuno.

Sumber:
(1) Kerajaan Medang Kamulan (SEJARAH, PENINGGALAN, RUNTUH) – Selasar. https://www.selasar.com/kerajaan/medang-kamulan/.
(2) Kerajaan Medang Kamulan – Peninggalan, Sejarah, Silsilah, Letak, Raja. https://www.mapel.id/kerajaan-medang-kamulan/.
(3) Sejarah Singkat Kerajaan Medang Kamulan – Kompas.com. https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/29/100000979/sejarah-singkat-kerajaan-medang-kamulan.
(4) Kerajaan Medang Kamulan : Sejarah, Peninggalan dan Masa Kejayaan. https://www.romadecade.org/kerajaan-medang-kamulan/.
(5) Kisah Kerajaan Medang Kamulan dari Sejarah Berdiri hingga …. https://kumparan.com/berita-hari-ini/kisah-kerajaan-medang-kamulan-dari-sejarah-berdiri-hingga-peninggalannya-1xKFFdriPen.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: