Menu Tutup

Kesultanan Gowa: Sejarah dan Kejayaan Kerajaan Makass

Latar Belakang

Kesultanan Gowa atau Kerajaan Gowa (kadang ditulis Goa) adalah salah satu kerajaan besar dan paling berpengaruh di daerah Sulawesi Selatan pada abad ke-16. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi³.

Kerajaan ini awalnya bernama Gowa saja, namun kemudian bergabung dengan Kerajaan Tallo yang didirikan oleh adik dari raja Gowa, Karaeng Loe ri Sero. Kedua kerajaan ini bersatu dengan kesepakatan dua raja seorang hamba, yaitu raja berasal dari garis keturunan Gowa dan perdana menteri berasal dari garis Tallo².

Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar memeluk agama Islam pada tahun 1605, setelah Sultan Alauddin I (I Mangarangi Daeng Manrabbia) naik tahta. Sejak saat itu, kerajaan ini disebut sebagai Kesultanan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar².

Perkembangan dan Kejayaan

Kesultanan Gowa-Tallo mengalami perkembangan dan kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Alauddin I dan Sultan Hasanuddin (I Mallombasi Daeng Mattawang). Mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga mencakup sebagian besar Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku².

Kesultanan ini juga menjalin hubungan dagang dengan berbagai bangsa asing, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Cina, Jawa, dan lain-lain. Kesultanan ini dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang menguasai jalur laut antara Maluku dan Jawa².

Baca Juga:  Kerajaan Mataram Islam: Sejarah, Raja-Raja, Kebijakan, Hubungannya dengan VOC, dan Peninggalannya

Kesultanan ini juga memiliki keunggulan dalam bidang militer, budaya, dan ilmu pengetahuan. Kesultanan ini memiliki armada laut yang kuat dan disiplin, yang dipimpin oleh laksamana terkenal bernama Karaeng Pattingalloang. Kesultanan ini juga memiliki tradisi sastra yang kaya, seperti puisi lontaraq, syair-syair Islam, dan kronik-kronik sejarah. Kesultanan ini juga memiliki tokoh-tokoh ulama yang berpengaruh, seperti Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Abdurrauf As-Singkili².

Kemunduran dan Akhir

Kesultanan Gowa-Tallo mengalami kemunduran dan akhir akibat persaingan dan konflik dengan Kompeni Belanda (VOC). VOC berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku dan menghalangi ekspansi Kesultanan Gowa-Tallo ke wilayah tersebut².

VOC melakukan serangan-serangan terhadap benteng-benteng Kesultanan Gowa-Tallo di Maluku dan Sulawesi. VOC juga membujuk dan mendukung kerajaan-kerajaan lain yang menjadi musuh atau bawahan Kesultanan Gowa-Tallo untuk memberontak atau bersekutu dengan VOC².

Perlawanan sengit dilakukan oleh Sultan Hasanuddin dan Karaeng Pattingalloang terhadap VOC. Namun, akhirnya mereka harus menyerah setelah VOC berhasil merebut benteng utama Kesultanan Gowa-Tallo di Somba Opu pada tahun 1669. Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang mengakui kedaulatan VOC atas Maluku dan sebagian besar wilayah Kesultanan Gowa-Tallo².

Kesultanan Gowa-Tallo terus melemah dan kehilangan pengaruhnya di Sulawesi. Pada tahun 1905, Kesultanan Gowa-Tallo resmi dihapuskan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan diganti dengan pemerintahan sipil¹.

Baca Juga:  Kerajaan Kediri: Sejarah, Raja, dan Peninggalan

Peninggalan

Kesultanan Gowa-Tallo meninggalkan berbagai peninggalan yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Beberapa di antaranya adalah:

– Benteng Somba Opu, yang merupakan benteng utama Kesultanan Gowa-Tallo yang dibangun pada abad ke-16. Benteng ini terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Benteng ini sempat hancur akibat serangan VOC, namun kemudian direkonstruksi pada tahun 1990-an¹.
– Makam Sultan Hasanuddin, yang merupakan makam dari sultan terbesar Kesultanan Gowa-Tallo yang berperang melawan VOC. Makam ini terletak di Kompleks Taman Makam Pahlawan Sultan Hasanuddin di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan².
– Museum Balla Lompoa, yang merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan Kesultanan Gowa-Tallo, seperti pakaian adat, senjata, perhiasan, dan lain-lain. Museum ini terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan¹.
– Masjid Katangka, yang merupakan masjid tertua di Sulawesi Selatan yang dibangun pada tahun 1603 oleh Sultan Alauddin I. Masjid ini terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan¹.

Sumber:
(1) Kesultanan Gowa, Sejarah dan Sistem Pemerintahannya. https://www.dgraft.com/outline/almanac/2014/11/kesultanan-gowa/.
(2) Kesultanan Gowa-Tallo Masa Islam: Sejarah, Peninggalan, Daftar Raja. https://tirto.id/kesultanan-gowa-tallo-masa-islam-sejarah-peninggalan-daftar-raja-f9Er.
(3) Kesultanan Gowa – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: