Pengertian Ulul Azmi
Dari 25 (dua puluh lima) rasul yang wajib kita imani, terdapat 5 (lima) orang rasul pilihan yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Kata Ulul Azmi berasal dari bahasa Arab, yaitu: “Ulul” yang artinya orang yang memiliki, dan “Azmi” yang artinya cita-cita yang mantap. Menurut Sirojuddin dalam buku “Ensiklopedi Islam” menyebutkan bahwa Ulul ‘Azmi (ulu al-‘azmi) artinya “orang-orang yang mempunyai kemauan kuat dan teguh.
Secara istilah Ulul Azmi berarti rasul-rasul pilihan atau Nabi yang memiliki keteguhan hati, lapang dada dan sabar dalam menghadapi kaumnya yang menentang dirinya dan tidak mau menerima ajaran yang disampaikannya.
Adapun rasul-rasul yang termasuk dalam Ulul Azmi adalah:
- Nabi Nuh
- Nabi Ibrahim
- Nabi Musa
- Nabi Isa
- Nabi Muhammad
Sifat Utama dan Keteguhan Rasul Ulul Azmi
Rasul-rasul yang termasuk dalam kelompok Ulul ‘Azmi ini adalah orang yang memiliki ketabahan / kesabaran yang luar biasa dan mempunyai ketetapan (keteguhan) hati sekalipun dengan susah payah dan sangat berat dalam menegakkan syari’at Allah Swt., sehingga kesabaran mereka dipuji oleh Allah Swt. sendiri sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-Ahqaf ayat 35 berikut:
Artinya: “Maka Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (QS. Al- Ahqaf [46]:35)
Ayat di atas menunjukkan bahwa para rasul Ulul Azmi hidup dalam perjuangan yang lebih berat. Namun mereka tetap teguh, sabar dan tawakkal dalam menyampaikan ajaran dan dakwahnya kepada umat manusia. Di antara tantangan dakwah para rasul Ulul Azmi antara lain:
a. Nabi Nuh As.
Nabi Nuh As. berdakwah selama kurang lebih 950 tahun, tetapi yang beriman hanya 80 orang, jumlah yang sangat tidak seimbang dengan lamanya berdakwah. Kendatipun setiap diajak dan diseru telinga mereka selalu ditutup dengan jari-jarinya, namun Nabi Nuh As. dengan kesabaran dan ketabahannya tetap terus menyeru kaumnya agar hanya menyembah kepada Allah Swt. sampai akhirnya azab didatangkan oleh Allah berupa banjir besar dan menenggelamkan semua orang yang tidak beriman, termasuk isteri dan anaknya sendiri.
b. Nabi Ibrahim As.
Semenjak kecil Ibrahim As. senang berdebat tentang ke-Tuhan-an, baik kepada orang tuanya maupun kaumnya. Kemudian setelah remaja dengan keberaniannya menghancurkan berhala / patung-patung sesembahan kaumnya, hingga beliau dibakar dalam api yang sangat besar oleh Raja Namrudz yang berkuasa pada saat itu.
Selanjutnya setelah beliau berpindah ke Palestina, maka beliau melanjutkan dakwah kepada kaum Bani Isra‟il dan di kota ini pula beliau menikah dengan Siti Sarah dan Siti Hajar. Dengan ketaatan Nabi Ibrahim As. kepada perintah Allah Swt., beliau sampai beberapa kali pulang-pergi antara kota Palestina dengan kota “Bakkah” (Makkah) yang jaraknya sangat jauh sekali, perjalanan satu bulan pergi dan satu bulan pulang.
Perintah Allah Swt. yang pertama adalah membawa Siti Hajar dengan anaknya Ismail yang masih bayi ke tempat yang di situ tidak ada pepohonan, tidak ada air, tanahnya sangat tandus dan gersang untuk selanjutnya diperintahkan Tuhan keduanya harus tinggal di tempat tersebut. Perintah Allah Swt. yang kedua adalah menyembelih putra kesayangannya Ismail dan tentu hal ini suatu ujian yang paling berat bagi beliau. Perintah Allah Swt. yang ketiga sehingga Nabi Ibrahim harus ke Makkah lagi adalah perintah membangun “Baitullah” (Ka’bah) bersama anak beliau Ismail. Semua perintah Allah beliau laksanakan dengan penuh kesabaran dan ketabahan tetapi semuanya berujung kepada pertolongan Allah Swt.
c. Nabi Musa As.
Seorang Nabi yang diberikan kelebihan dapat berdialog langsung dengan Tuhan, karenanya beliau diberi gelar dengan “Kalimullah”. Kesabaran dan ketabahan Nabi Musa As. ini adalah karena pada zaman itu beliau harus berhadapan dengan seorang raja yang sangat kejam, zhalim dan bengis, lebih dari itu dia mengaku sebagai
tuhan yang harus disembah, jika tidak mau pastilah mati di tangannya, yaitu “Fir’aun”. Orang semacam inilah yang dihadapi oleh Nabi Musa, namun dengan tongkatnya yang diberikan oleh Allah sebagai mukjizat beliau, maka akhirnya Fir’aun harus tenggelam bersama tentaranya di laut merah.
Penderitaan pertama yang dialami oleh Nabi Musa adalah sewaktu beliau masih bayi, oleh ibunya Musa terpaksa harus dihanyutkan di sungai, untuk menyelamatkan beliau dari undang-undang Fir’aun yang berisi setiap anak laki-laki yang lahir pada waktu itu harus dibunuh hidup-hidup. Ujian kedua ketika Nabi Musa harus berhadapan dengan para tukang sihir. Perintah Tuhan selanjutnya adalah menyelamatkan Bani Isra’il yang sudah sekian lama menjadi budak Fir’aun, untuk selanjutnya dibawa ke luar kota Mesir, sehingga pada saat itulah Fir’aun bersama tentaranya mengejar sampai ke laut merah dan ternyata hidup Fir’aun harus berakhir di laut merah tersebut.
d. Nabi Isa As.
Nabi dan Rasul Ulul Azmi keempat yang juga tidak kalah banyaknya tantangan dan halangan yang dialami beliau dalam berdakwah adalah Nabi Isa As. Tantangan yang dihadapi Nabi Isa dalam menyampaikan dakwah adalah para Pendeta “Yahudi”. Kaum Yahudi ini selalu menyulut api keangkuhan dan kesombongan bahkan mendustakan ajaran beliau.
Kendatipun Nabi Isa As. telah diberikan mukjizat oleh Allah untuk membuktikan kebenaran akan kenabian beliau, namun orang-orang Yahudi tetap membuat permusuhan, hingga akhirnya membuat fitnah kepada “Raja Pilathus”, penguasa Romawi pada saat itu. Maka dengan fitnah inilah Isa kemudian dibunuh dan disalib, namun sebenarnya yang dibunuh / disalib itu bukanlah Nabi Isa, melainkan Yahudza al-Askharyuthi (Yudas Iskariot) yang diserupakan oleh Allah dengan Nabi Isa.
e. Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal 571 M di Kota Makkah, bertepatan dengan tahun gajah. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah binti Abdul Mutholib. Ayahnya wafat ketika Muhammad Saw. masih dalam kandungan. Sedangkan ibunya wafat ketika ia masih kecil. Muhammad Saw. menikah pada usia 25 tahun dengan Siti Khadijah. Mereka dikarunia beberapa anak, diantarnya adalah : Ibrahim dan Fatimah (istri Ali bin Abu Thalib). Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasui Allah pada usia 40 tahun ketika menerima wahyu pertama – QS. ‘ Al– Alaq : 1 -5 – di gua Hira’.
Pada awal dakwahnya, hanya sedikit yang masuk Islam. Di samping Khadijah, di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan disusul Zaid bin Haritsah bekas budak Nabi sendiri yang telah dimerdekakan. Kemudian Abu Bakar, Usman bin Affan, Abdurrahkhman bin Auf, Talkhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi WaqAs. Zubair bin Awwam, Abu Ubaid bin Jarrah dan lainnya. Mereka disebut “assabiqunal awwalun” artinya kelompok orang yang pertama kali masuk Islam.
Sebelum hijriyah, Nabi Muhammad Saw. mengalami “tahun kesedihan” (amul huzni) karena ditinggal wafat dua orang yang berperan besar dalam hidupnya, yaitu Khadijah (istrinya) dan Abu Thalib (pamannya). Pada tahun itu juga Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad agar melakukan Isra’ dan Mi’raj. Dalam peristiwa Isra’ mi’raj tersebut diturunkan perintah sholat lima waktu.
Pada tanggal 1 Muharram tahun 1 H Nabi Muhammad Saw. bersama para sahabat hijrah ke Yatsrib (Madinah) untuk membangun sendi-sendi sosial kemasyarakatan di sana. Tahun hijrahnya Nabi Muhammad Saw. ini kemudian ditetapkan sebagai awal tahun Hijriyah oleh Khalifah Umar bin Khatab.
Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang mempunyai kesabaran luar biasa. Misalnya: ia memaafkan penduduk Thaif yang melemparinya dengan batu, kotoran manusia, dan unta. Ia juga memaafkan Suraqah bin Malik yang berniat membunuhnya. Karena sifat-sifatnya tersebut banyak orang yang semula memusuhinya menjadi simpati dan akhirnya beriman.
Setelah mengalami rintangan dan hambatan, akhirnya Nabi Muhammad Saw. berhasil membangun peradaban Islam di kota Madinah. Kemudian Nabi Muhamamd Saw. membebaskan Makkah dari orang-orang kafir. Peristiwa ini disebut “Fathu Makkah” (kemenangan atas kota Makkah).
Nabi Saw. melakukan haji perpisahan (haji wada’) pada tahun 10 H. Menjelang akhir kenabian, beliau menerima wahyu terakhir yaitu Surah Al – Maidah ayat 3. Akhirnya pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H (632 M) Nabi besar penutup zaman itu wafat dalam usia 63 tahun dirumah putrinya (Fatimah). Beliau dimakamkan di samping masjid Nabawi, Madinah.