Menu Tutup

Proses Terbentuknya Al-Qur’an

Yang disebut diturunkannya Al-Quran adalah mezohirkannya, yaitu dari gaib menjadi syahadah (nyata). Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-Quran tidak turun sekaligus dalam satu waktu. Dalam proses penyampaian Al-Quran, para ulama berbeda pendapat, di antaranya :

  1. Diturunkan melalui tiga proses, pertama diturunkan ke lauh mahfuz, kemudian dari lauh mahfuz ke baitul ‘izzah di langit dunia, lalu secara berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
  2. Diturunkan ke langit dunia sekaligus pada lailatul qodr, lalu diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur.
  3. Diturunkan ke langit dunia setiap lailatul qodr sebanyak yang akan diturunkan pada tahun itu, lalu berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Al-Qur’an tidak disusun secara kronologis. Lima ayat pertama diturunkan di gua Hira’ pada malam 17 Ranadan tahun pertama sebelum hijrah ke Madinah atau pada malam Nuzulul Qur’an ketika Nabi Muhammad berusia 40-41 tahun, sekarang terletak di surat Al-Alaq (96): 1-5. Ayat terakhir yang diturunkan di padang Arafah, ketika Nabi Muhammad berusia 63 tahun pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke-10 Hijrah, kini terletak di surat Al-Maidah (5): 3.

Al-Qur’an yang menjadi sumber nilai dan norma umat islam itu terbagi  ke dalam 30 juz (bagian), 114 surah (surat:bab) lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih tepat dikatakan 325.345 suku kata kalau dilihat dari sudut pandang bahasa indonesia). Tentang jumlah ayat ada perbedaan pendapat antara para ahli ilmu Al-Qur’an. Ada ahli yang memandang 3 ayat tertentu sebagai satu ayat; ada pula yang memandang 2 ayat sebagai satu ayat, karena masalah koma dan titik yang diletakkan diantara ayat-ayat itu. Namun demikian, jumlah kata dan suku kata yang mereka hitung adalah sama. Di indonesia misalnya, yang mengikuti perhitungan Muhammadiyah menyebut jumlah ayat dalam Al-Qur’an 6666, sedang masjid Agung Al-Azhar Kebayoran (Jakarta) menghitungnya 6236 ayat sesuai dengan jumlah ayat didalam Al-Qur’an yang dicetak di Mesir (Gazalba, 1976:54). Surat pertama disebut Al-Fatihah (Pembukaan), surat 114 (penutup) adalah surat An-Nas (Manusia).

Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekkah (sebelu hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Didalam kepustakaan, ayat-ayat yang turun tatkala Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah disebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah. Ciri-cirinya adalah :

  1. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi Al-Qur’an, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Ayat-ayat Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi Al-Qur’an, terdiri dari 28 surat, 1.456 ayat.
  2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaayyuhannas (hai manusia) sedangkan ayat-ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata Yaayyuhallazina amanu (hai orang-orang yang beriman).
  3. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengenai tauhid yakni keyakinan pada Kemaha Esaan Allah, hari kiamat, akhlak, dan kisah-kisah umat manusia dimasa lalu, sedangkan ayat-ayat Madaniyah memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat, dan sebagainya.
  4. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 13 hari, sedang ayat-ayat Madaniyah selama 10 tahun, 2 bulan, 9 hari (Nasurddin Razak, 1977: 90)

Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6236 ayat itu, sistematikanya ditetapkan oleh Allah sendiri melalui Malaikat Jibril yang disampaikan kepada Rasul-Nya Muhammad. Allah lah yang menentukan kemana ayat yang turun kemudian disisipkan diantara ayat yang turun lebih dahulu. Sistematikanya tidak seperti sistematika buku (ilmiah), mengikuti metode tertentu, suatu masalah dibicarakan dalam beberapa bab, bagian dan butir-butir. Oleh karena itu, kalau kita membaca Al-Qur’an, masalah akidah misalnya, berdampingan dengan soal hukum, sejarah umat yang lalu disatukan dengan nasihat, dorongan atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Soal perang berurutan dengan hukum meminum minuman yang memabukkan, perjudian, pemeliharaan anak yatim piatu dan perkawinan dengan orang musyrik seperti yang dapat dibaca dalam surat Al-Baqarah (2); 216-221.

Maksud sistematika demikian adalah agar orang mempelajari dan memahami Al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang harus ditaati oleh pemeluk agama islam secara keseluruhan tanpa memilah-milah (bagian) yang satu dengan (bagian) yang lain.

Baca Juga: