Menu Tutup

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi: Ulama Besar yang Menjadi Imam Masjidil Haram

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah salah satu ulama terkemuka asal Indonesia yang lahir di Sumatra Barat pada tahun 1860. Ia memiliki banyak prestasi dan pengaruh dalam dunia Islam, baik di tanah air maupun di luar negeri. Ia pernah menjadi imam, khatib, dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus mufti Mazhab Syafii pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia juga merupakan guru dari para ulama besar Indonesia, seperti KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli, pendiri PERTI.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah putra dari Abdul Latif al-Minangkabawi, seorang hakim golongan Padri yang anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada tanggal 6 Zulhijah 1276 H (1860 M). Ia memiliki hubungan keluarga dengan Syeikh Tahir Jalaluddin al-Azhari, seorang ulama terkenal asal Minangkabau yang menjadi mufti Mazhab Hanafi di Mesir.

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi menempuh pendidikan dasar di sekolah rakyat Fort de Kock (sekarang Bukittinggi) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Ia kemudian melanjutkan pendidikan agama di surau-surau di Minangkabau, seperti Surau Jembatan Besi dan Surau Lubuk Kilangan. Ia juga belajar dari beberapa ulama terkemuka di Minangkabau, seperti Syeikh Muhammad Jamil Jaho dan Syeikh Abbas Qadhi Ladang Lawas.

Pada tahun 1881, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap di sana untuk menimba ilmu lebih lanjut. Ia berguru dengan beberapa ulama besar di Mekkah, seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy, dan Syeikh Abdul Hadi al-Inggrisi. Ia menguasai berbagai cabang ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fiqih, ushul fiqih, tasawuf, bahasa Arab, dan sejarah Islam.

Karier dan Pengaruh sebagai Ulama

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi memiliki karier yang cemerlang sebagai ulama di Mekkah. Ia pernah menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram selama 15 tahun (1895-1910), menggantikan posisi Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan yang wafat. Ia juga menjadi mufti Mazhab Syafii di Mekkah selama 10 tahun (1900-1910), menggantikan posisi Sayyid Bakri Syatha yang wafat. Ia juga menjadi guru besar di Madrasah al-Sawlatiyah dan Madrasah al-Falahiyah yang merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam tertua di Mekkah.

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi memiliki pengaruh yang besar dalam dunia Islam, khususnya di Indonesia. Ia memiliki banyak murid yang belajar fiqih Mazhab Syafii darinya. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama), Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli (pendiri PERTI), Syeikh Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul, ayah dari Buya Hamka), Syeikh Muhammad Jamil Jambek, Syeikh Abbas Abdullah, Syeikh Khatib Ali, Syeikh Ibrahim Musa Parabek, Syeikh Mustafa Husein, dan Syeikh Hasan Maksum.

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi juga memiliki hubungan baik dengan para ulama dan pemimpin Islam di dunia, seperti Sultan Abdul Hamid II dari Turki Utsmani, Imam Yahya Hamiduddin dari Yaman, dan Raja Abdul Aziz bin Saud dari Arab Saudi. Ia juga aktif dalam gerakan reformasi Islam yang menentang penjajahan dan kemunduran umat Islam. Ia mendukung gerakan Muhammadiyah di Indonesia yang didirikan oleh muridnya, KH Ahmad Dahlan. Ia juga mendukung gerakan Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Sultan Abdul Hamid II.

Wafat dan Warisan

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi wafat di Mekkah pada tanggal 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M) dalam usia 56 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la, dekat makam Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad SAW. Ia meninggalkan warisan berupa ilmu, karya, dan keturunan yang berjasa dalam dunia Islam.

Di antara karya-karya yang ditulis oleh Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah:

  • Al-Fatawa al-Khatibiyyah fi al-Fiqh al-Syafi’iyyah, sebuah kitab fatwa yang berisi jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hukum Islam yang diajukan kepadanya.
  • Al-Irsyad ila Ma’rifat al-Ahkam al-Syar’iyyah, sebuah kitab fiqih yang berisi penjelasan-penjelasan tentang hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis.
  • Al-Tashil li Ulum al-Tanzil, sebuah kitab tafsir yang berisi penjelasan-penjelasan tentang ayat-ayat Al-Quran dengan menggunakan metode tahlili (analitis) dan mawdu’i (tematik).
  • Al-Taqrib fi Ilm al-Hadis, sebuah kitab hadis yang berisi penjelasan-penjelasan tentang ilmu-ilmu hadis, seperti sanad, matan, rijal, gharib, shahih, hasan, da’if, maudu’, dan lain-lain.
  • Al-Tasawwuf al-Islami wa Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, sebuah kitab tasawuf yang berisi penjelasan-penjelasan tentang ajaran-ajaran tasawuf yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadis.

Di antara keturunan yang dilahirkan oleh Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah:

  • Abdul Karim al-Khatib, putra tertuanya yang memiliki sebuah toko buku di Mekkah.
  • Abdul Malik al-Khatib, putra keduanya yang menjadi duta besar Asyraf (keturunan Nabi Muhammad SAW) ke Mesir.
  • Abdul Hamid al-Khatib, putra ketiganya yang menjadi duta besar Arab Saudi pertama untuk Pakistan.
  • Fuad Abdul Hamid al-Khatib, cucu dari Abdul Hamid al-Khatib yang menjadi duta besar Arab Saudi untuk beberapa negara, seperti Pakistan, Irak, Amerika Serikat, Nigeria, Turki, Bangladesh, Nepal, dan Malaysia.

Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah ulama besar yang menjadi imam Masjidil Haram dan guru para ulama di Indonesia. Ia memiliki banyak prestasi dan pengaruh dalam dunia Islam. Ia juga meninggalkan warisan berupa ilmu, karya, dan keturunan yang berjasa dalam dunia Islam. Ia adalah salah satu tokoh Islam Indonesia yang patut kita kenang dan teladani.

Baca Juga: