Menu Tutup

10 Novel Sejarah yang Wajib Dibaca, dari Indonesia hingga Dunia

Novel sejarah adalah salah satu genre sastra yang menarik banyak pembaca. Novel sejarah menggabungkan fakta dan fiksi untuk menceritakan kisah-kisah masa lalu yang menarik, mengharukan, atau menginspirasi. Novel sejarah bisa membawa kita ke berbagai zaman dan tempat, dari zaman kuno hingga zaman modern, dari Timur hingga Barat. Novel sejarah juga bisa memberikan kita wawasan dan pengetahuan tentang sejarah, budaya, dan tokoh-tokoh yang berpengaruh.

Berikut ini adalah 10 rekomendasi novel sejarah yang bisa Anda baca, baik dari dalam maupun luar negeri.

1. Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer

Novel ini adalah novel pertama dari Tetralogi Buru, karya monumental Pramoedya Ananta Toer yang ditulis saat ia ditahan di Pulau Buru. Novel ini mengisahkan kehidupan Minke, seorang pribumi yang bersekolah di HBS (sekolah menengah atas untuk anak-anak Eropa) di Surabaya pada awal abad ke-20. Minke jatuh cinta dengan Annelies, putri Nyai Ontosoroh, seorang wanita pribumi yang menjadi gundik seorang Belanda kaya. Novel ini menggambarkan kondisi sosial, politik, dan budaya di Hindia Belanda saat itu, serta perjuangan Minke untuk menentang penindasan dan diskriminasi kolonial1.

2. Laut Bercerita – Leila S. Chudori

Novel ini bercerita tentang nasib para aktivis mahasiswa yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Beberapa dari mereka berhasil melarikan diri ke Eropa, sementara yang lain ditangkap, dibunuh, atau hilang tanpa jejak. Novel ini berfokus pada tokoh Dimas Suryo, seorang wartawan yang tinggal di pengasingan di Paris bersama tiga temannya. Novel ini juga mengikuti kisah Lintang Utara, putri Dimas yang mencari jejak ayahnya di Indonesia. Novel ini menggali luka sejarah yang belum sembuh, serta harapan dan impian yang terus hidup2.

Baca Juga:  Landasan Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis Pancasila

3. Pangeran dari Timur – Iksaka Banu & Kurnia Efendi

Novel ini merupakan novel grafis yang mengadaptasi kisah hidup Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak dan raja pertama Islam di Jawa. Novel ini menggambarkan perjalanan Raden Patah dari masa kecil hingga dewasa, dari menjadi putra raja Majapahit hingga menjadi pemimpin perlawanan melawan Portugis. Novel ini juga menampilkan gambaran kehidupan masyarakat Jawa pada abad ke-15 dan ke-16, dengan latar belakang budaya, agama, seni, dan perang3.

4. The Dragon Republic – R.F. Kuang

Novel ini adalah novel kedua dari trilogi The Poppy War, yang terinspirasi oleh sejarah China pada abad ke-20. Novel ini melanjutkan kisah Rin, seorang gadis yatim piatu yang memiliki kekuatan api naga. Setelah mengakhiri Perang Opium Ketiga dengan cara yang mengerikan, Rin bergabung dengan Republik Naga, sebuah gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh Vaisra, ayah angkatnya. Namun, Rin segera menyadari bahwa Republik Naga memiliki agenda terselubung yang bisa mengancam nasib bangsanya. Novel ini menggabungkan fantasi, sejarah, dan politik dengan gaya penulisan yang menegangkan dan emosional4.

5. All the Light We Cannot See – Anthony Doerr

Novel ini adalah novel pemenang Pulitzer Prize yang bersetting di Perang Dunia II. Novel ini bercerita tentang dua tokoh utama, yaitu Marie-Laure, seorang gadis buta Prancis yang tinggal bersama ayahnya di Paris, dan Werner, seorang anak yatim piatu Jerman yang berbakat dalam bidang radio dan elektronik. Kehidupan mereka berdua berubah drastis saat perang meletus dan mereka harus menghadapi berbagai tantangan dan bahaya. Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti keberanian, kebaikan, dan keajaiban di tengah kegelapan dan kekejaman perang.

Baca Juga:  Kerajaan Mataram: Sejarah dan Peninggalannya

6. Ken Angrok – Damar Shashangka

Novel ini merupakan novel sejarah yang mengisahkan asal-usul Kerajaan Singhasari, salah satu kerajaan besar di Jawa pada abad ke-13. Novel ini mengikuti kisah Ken Angrok, seorang anak maling yang menjadi raja. Novel ini menggambarkan perjalanan hidup Ken Angrok dari masa kecil hingga dewasa, dari menjadi seorang penjahat hingga menjadi seorang pahlawan. Novel ini juga menampilkan tokoh-tokoh sejarah lainnya, seperti Ken Dedes, Tunggul Ametung, Anusapati, dan Kertanegara.

7. The Pillars of the Earth – Ken Follett

Novel ini adalah novel epik yang bersetting di Inggris pada abad ke-12, saat terjadi perang saudara antara Raja Stephen dan Ratu Maud. Novel ini berpusat pada pembangunan sebuah katedral di kota fiktif Kingsbridge, yang melibatkan berbagai tokoh dari latar belakang yang berbeda, seperti Tom Builder, seorang tukang batu; Philip, seorang biarawan; Jack, seorang anak hutan; dan Aliena, seorang putri bangsawan. Novel ini menggambarkan konflik-konflik politik, agama, dan sosial yang terjadi di era tersebut, serta cinta, ambisi, dan mimpi yang menggerakkan para tokohnya.

8. Taiko – Eiji Yoshikawa

Novel ini adalah novel sejarah yang mengisahkan kehidupan Toyotomi Hideyoshi, salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Jepang. Novel ini menggambarkan perjalanan Hideyoshi dari menjadi seorang petani miskin hingga menjadi taiko, yaitu panglima tertinggi militer. Novel ini juga menampilkan tokoh-tokoh sejarah lainnya, seperti Oda Nobunaga, Tokugawa Ieyasu, dan Nene. Novel ini memberikan gambaran yang mendalam dan hidup tentang zaman Sengoku, yaitu zaman perang sipil yang berlangsung selama lebih dari satu abad di Jepang.

Baca Juga:  Batik: Asal Usul dan Akulturasi Budaya

9. Gone with the Wind – Margaret Mitchell

Novel ini adalah novel klasik yang bersetting di Amerika Serikat pada masa Perang Saudara dan Rekonstruksi. Novel ini bercerita tentang Scarlett O’Hara, seorang gadis cantik dan keras kepala yang tinggal di perkebunan Tara di Georgia. Novel ini menggambarkan hubungan cinta segitiga antara Scarlett, Ashley Wilkes, dan Rhett Butler, serta perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat Selatan akibat perang. Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, kelangsungan hidup, dan perempuan.

10. The Book Thief – Markus Zusak

Novel ini adalah novel yang bercerita dari sudut pandang Kematian, yang mengikuti kisah Liesel Meminger, seorang gadis Jerman yang tinggal bersama keluarga angkatnya di pinggiran Munich pada masa Nazi. Liesel memiliki kegemaran mencuri buku-buku dari berbagai tempat dan membacanya bersama Hans Hubermann, ayah angkatnya; Rudy Steiner, teman baiknya; dan Max Vandenburg, seorang Yahudi yang bersembunyi di rumahnya. Novel ini menunjukkan bagaimana kekuatan kata-kata bisa memberi harapan dan keindahan di tengah kebrutalan dan kesedihan perang.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: