Menu Tutup

Keserakahan dan Kekejaman VOC

VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie adalah perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602 untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Asia. VOC menjadi perusahaan multinasional pertama di dunia yang memiliki hak monopoli, hak berperang, hak membuat perjanjian, dan hak mengeluarkan mata uang. VOC juga menjadi perusahaan paling kaya dan berkuasa di dunia pada masanya, dengan memiliki lebih dari 1000 kapal, 10.000 tentara, dan 50.000 pegawai.

Namun, di balik kejayaan VOC, terdapat banyak kisah keserakahan dan kekejaman yang dilakukan oleh para pejabat dan pegawai VOC terhadap rakyat dan penguasa lokal di Asia. Beberapa contoh kasus yang menunjukkan keserakahan dan kekejaman VOC adalah sebagai berikut:

Pembantaian Banda

Banda adalah kepulauan yang terletak di Maluku yang merupakan satu-satunya produsen pala di dunia pada abad ke-17. Pala adalah rempah-rempah yang sangat berharga dan diminati di Eropa karena dipercaya memiliki khasiat obat dan pengawet makanan. VOC sangat menginginkan monopoli perdagangan pala dan berusaha memaksa rakyat Banda untuk menjual pala hanya kepada VOC dengan harga yang sangat rendah.

Ketika rakyat Banda menolak tawaran VOC dan tetap menjual pala kepada pedagang Inggris, Portugis, dan Arab, VOC marah dan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen untuk menyerang Banda pada tahun 1621. Coen memerintahkan pembantaian massal terhadap rakyat Banda yang diperkirakan berjumlah sekitar 15.000 orang. Hanya sekitar 1000 orang yang selamat dari pembantaian tersebut, sebagian besar dijadikan budak atau diasingkan ke pulau-pulau lain. Coen kemudian mendatangkan budak-budak dari Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi untuk menggarap perkebunan pala milik VOC di Banda.

Baca Juga:  Go Tik Swan: Pelopor Batik Indonesia yang Diakui Dunia

Perang Puputan Badung

Puputan Badung adalah peristiwa perang sengit antara kerajaan Badung (sekarang bagian dari Bali) dengan pasukan Belanda pada tahun 1906. Perang ini dipicu oleh ketidakpuasan Belanda terhadap sikap raja Badung yang tidak mau membayar pajak dan memberikan konsesi dagang kepada Belanda. Belanda mengirimkan ekspedisi militer yang dipimpin oleh Jenderal M.B. Rost van Tonningen untuk menaklukkan Badung pada bulan September 1906.

Pasukan Belanda berhasil menembus pertahanan Badung dan mendekati puri raja di Denpasar. Namun, alih-alih menyerah, raja Badung beserta keluarga, pejabat, ksatria, dan rakyatnya memilih untuk melakukan puputan atau perang bunuh diri dengan cara menyerbu pasukan Belanda sambil membawa senjata tradisional seperti keris, tombak, dan pedang. Mereka melakukan hal ini karena mereka menganggap bahwa mati dengan cara puputan adalah lebih mulia daripada hidup dalam penjajahan Belanda.

Perang puputan ini berlangsung selama beberapa jam dan mengakibatkan kematian ribuan orang Badung, termasuk raja dan keluarganya. Pasukan Belanda juga mengalami korban jiwa sekitar 100 orang. Setelah puputan selesai, pasukan Belanda merampas harta benda kerajaan Badung dan membakar puri raja. Peristiwa ini menjadi salah satu contoh perlawanan heroik rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda.

Penindasan Tanam Paksa

Tanam Paksa adalah sistem perkebunan paksa yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada tahun 1830-1870. Sistem ini merupakan bagian dari kebijakan Cultuurstelsel yang dibuat oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch untuk meningkatkan pendapatan Belanda dari sektor pertanian di Indonesia. Dengan sistem ini, rakyat Indonesia diwajibkan untuk menanam tanaman komersial seperti kopi, tebu, tembakau, nila, dan teh di sebagian besar lahan mereka dan menyerahkan hasil panennya kepada Belanda dengan harga yang sangat murah.

Baca Juga:  Pengertian, Sejarah, Jenis-Jenis, dan Fungsi-Fungsi Politik

Sistem Tanam Paksa ini sangat merugikan dan menindas rakyat Indonesia. Mereka tidak hanya kehilangan hak atas tanah mereka, tetapi juga kehilangan waktu dan tenaga untuk menanam tanaman pangan untuk kebutuhan mereka sendiri. Akibatnya, banyak rakyat Indonesia yang mengalami kelaparan, kemiskinan, dan penyakit. Selain itu, mereka juga sering mendapat perlakuan kasar dan kejam dari para pejabat dan pegawai Belanda yang mengawasi perkebunan paksa tersebut. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal atau melarikan diri akibat sistem Tanam Paksa ini.

Kesimpulan

Dari beberapa contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa VOC adalah perusahaan yang sangat serakah dan kejam dalam menjalankan aktivitas dagangnya di Asia. VOC tidak segan-segan menggunakan kekerasan, penipuan, pemerasan, dan penindasan terhadap rakyat dan penguasa lokal di Asia demi memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. VOC juga tidak menghormati hak-hak, budaya, dan kesejahteraan rakyat dan penguasa lokal di Asia. VOC hanya mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan-tindakannya.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: