Menu Tutup

Maluku Angkat Senjata: Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Maluku adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki peran penting dalam sejarah perdagangan rempah-rempah. Kepulauan Maluku menjadi sasaran empuk bagi bangsa-bangsa Eropa yang ingin menguasai komoditas bernilai tinggi tersebut. Namun, rakyat Maluku tidak tinggal diam melihat kedatangan para penjajah. Mereka melakukan berbagai perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme yang mencoba menguras kekayaan dan merampas kemerdekaan mereka.

Latar Belakang

Perlawanan rakyat Maluku terhadap penjajah dimulai sejak abad ke-16, ketika Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan aktivitasnya di Ternate, salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Portugis berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan cara membangun benteng, menjalin persekutuan dengan raja-raja setempat, dan menyebarkan agama Kristen1.

Tidak lama berselang, Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore, kerajaan saingan Ternate. Terjadilah persaingan antara kedua belah pihak, yang berujung pada perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Dalam perjanjian ini, Spanyol menyerahkan haknya atas Maluku kepada Portugis, dengan imbalan sejumlah uang dan wilayah lain di dunia2.

Kedatangan Portugis dan Spanyol tidak disukai oleh rakyat Maluku, karena mereka merasa dirugikan oleh monopoli perdagangan dan campur tangan dalam urusan agama. Mereka mulai melakukan perlawanan terhadap Portugis, baik secara terbuka maupun diam-diam. Salah satu contohnya adalah peristiwa pembunuhan Patih Hitu pada tahun 1570, yang dilakukan oleh rakyat Hitu (Ambon) yang tidak mau tunduk kepada Portugis2.

Baca Juga:  Kehidupan dan Karya Alan Turing yang Mengubah Dunia

Perlawanan Terhadap VOC

Pada akhir abad ke-16, muncul pihak baru yang berkepentingan dengan rempah-rempah Maluku, yaitu Belanda. Belanda datang dengan membawa bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), sebuah perusahaan dagang milik negara yang memiliki hak monopoli perdagangan di Asia. Belanda disambut dengan tangan terbuka oleh rakyat Maluku, karena mereka dianggap sebagai sekutu untuk mengusir Portugis2.

Namun, harapan rakyat Maluku untuk bebas dari penjajahan ternyata sia-sia. VOC ternyata lebih kejam dan rakus daripada Portugis. Mereka tidak hanya menguasai perdagangan rempah-rempah, tetapi juga mengatur produksi dan distribusinya. Mereka menerapkan sistem monopoli dan ekstirpasi (pemusnahan) tanaman rempah-rempah di beberapa pulau, agar harga rempah-rempah tetap tinggi di pasar Eropa2.

Rakyat Maluku tidak tinggal diam melihat perlakuan VOC. Mereka melakukan berbagai bentuk perlawanan, baik bersifat sporadis maupun terorganisir. Beberapa contoh perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC adalah sebagai berikut:

  • Perlawanan Kakiali (1646-1648). Kakiali adalah seorang pemimpin rakyat Hoamoal (Seram) yang menentang kebijakan VOC yang melarang mereka menjual rempah-rempah kepada pihak lain selain VOC. Kakiali berhasil mengumpulkan pasukan dari berbagai suku di Seram dan menyerang benteng VOC di Hoamoal. Namun, perlawanan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh VOC dengan bantuan dari Ternate3.
  • Perlawanan Sultan Nuku (1780-1805). Sultan Nuku adalah seorang penguasa Tidore yang menolak tunduk kepada VOC. Ia melarikan diri dari pengejaran VOC dan mendirikan kerajaan baru di Jailolo (Halmahera). Ia juga menjalin persekutuan dengan Inggris, musuh VOC, untuk mengusir VOC dari Maluku. Ia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku, kecuali Ambon dan Banda. Ia dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia.
  • Perlawanan Pattimura (1816-1817). Pattimura adalah seorang pemimpin rakyat Saparua (Ambon) yang menentang kekuasaan Belanda yang kembali ke Maluku setelah jatuhnya VOC. Ia bersama rakyatnya berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua dari tangan Belanda. Namun, perlawanan ini akhirnya dapat ditumpas oleh Belanda dengan bantuan dari Ternate dan Tidore. Pattimura juga dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Baca Juga:  Sejarah Masuk Islam di Nusantara

Kesimpulan

Maluku angkat senjata adalah salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme yang mencoba menguasai kekayaan dan kemerdekaan mereka. Perlawanan ini berlangsung sejak abad ke-16 hingga abad ke-19, melawan berbagai penjajah, seperti Portugis, Spanyol, VOC, dan Belanda. Perlawanan ini melibatkan berbagai tokoh dan rakyat dari berbagai pulau dan suku di Maluku. Perlawanan ini menunjukkan semangat juang dan patriotisme rakyat Maluku yang tidak mau menyerah kepada penjajah.

Sumber:

  1. Kompas.com – “Perlawanan Kolonialisme dan Imperialisme: Maluku Angkat Senjata.” https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/07/160943969/perlawanan-kolonialisme-dan-imperialisme-maluku-angkat-senjata.
  2. Asaldansejarah45.com – “[LENGKAP] Sejarah Maluku Angkat Senjata – ASAL USUL & SEJARAH.” https://www.asaldansejarah45.com/2021/01/lengkap-sejarah-maluku-angkat-senjata.html.
  3. Portal Edukasi – “Maluku Angkat Senjata.” https://portaledukasi.org/2022/06/24/maluku-angkat-senjata.
Posted in Ragam

Artikel Terkait: