Menu Tutup

Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, Ciri Kebahasaan, dan Cara Menulisnya

Teks cerita sejarah adalah teks yang menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu dan berpengaruh pada keadaan sekarang. Teks cerita sejarah biasanya bersifat faktual, objektif, dan informatif. Teks cerita sejarah dapat berupa biografi, autobiografi, kronik, legenda, mitos, atau dongeng.

Konsep Teks Cerita Sejarah

Konsep teks cerita sejarah adalah gagasan atau ide pokok yang menjadi dasar penyusunan teks. Konsep teks cerita sejarah dapat meliputi tema, tujuan, sasaran, dan sudut pandang penulis.

  • Tema adalah topik atau masalah utama yang dibahas dalam teks. Tema teks cerita sejarah biasanya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang memiliki makna atau dampak bagi masyarakat.
  • Tujuan adalah alasan atau maksud penulis menulis teks. Tujuan teks cerita sejarah dapat berupa memberi informasi, menghibur, mendidik, meyakinkan, atau mengkritik pembaca.
  • Sasaran adalah khalayak atau pembaca yang dituju oleh penulis. Sasaran teks cerita sejarah dapat beragam, tergantung pada tingkat kesulitan, gaya bahasa, dan isi teks.
  • Sudut pandang adalah cara pandang atau sikap penulis terhadap peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam teks. Sudut pandang teks cerita sejarah dapat bersifat netral, positif, negatif, atau kritis.

Struktur Teks Cerita Sejarah

Struktur teks cerita sejarah adalah susunan atau pola bagian-bagian teks yang saling berkaitan dan membentuk kesatuan. Struktur teks cerita sejarah umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu orientasi, peristiwa-peristiwa, dan reorientasi.

  • Orientasi adalah bagian awal teks yang berisi pengenalan tokoh, latar waktu dan tempat, serta latar belakang peristiwa-peristiwa yang akan diceritakan. Orientasi bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada pembaca tentang apa dan siapa yang terlibat dalam teks.
  • Peristiwa-peristiwa adalah bagian inti teks yang berisi urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dan berpengaruh pada keadaan sekarang. Peristiwa-peristiwa harus disajikan secara faktual, objektif, dan informatif. Peristiwa-peristiwa bertujuan untuk memberi informasi detail kepada pembaca tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa tersebut terjadi.
  • Reorientasi adalah bagian akhir teks yang berisi penutup atau kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang telah diceritakan. Reorientasi dapat berupa ringkasan, komentar, evaluasi, atau pesan moral dari penulis. Reorientasi bertujuan untuk memberi makna atau dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut bagi pembaca.
Baca Juga:  Sistem Sitasi MLA: Panduan Lengkap untuk Penulisan Akademik

Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Ciri kebahasaan teks cerita sejarah adalah ciri-ciri khusus yang digunakan dalam penggunaan bahasa pada teks cerita sejarah. Ciri kebahasaan teks cerita sejarah antara lain:

  • Menggunakan kata benda (nomina) untuk menunjukkan tokoh, tempat, waktu, atau hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Soekarno, Bandung, 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan.
  • Menggunakan kata kerja (verba) untuk menunjukkan aksi atau tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: membacakan, menyatakan, memproklamasikan.
  • Menggunakan kata sifat (adjektiva) untuk menunjukkan ciri-ciri atau kualitas dari tokoh-tokoh atau hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: berani, gigih, merdeka.
  • Menggunakan kata keterangan (adverbia) untuk menunjukkan cara, waktu, tempat, atau alasan dari peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: dengan lantang, pada pukul 10.00, di halaman rumah, karena tekanan Belanda.
  • Menggunakan kalimat pernyataan (deklaratif) untuk menyampaikan fakta-fakta atau informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
  • Menggunakan kalimat tanya (interogatif) untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Apa yang dilakukan oleh Soekarno dan Hatta sebelum memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?
  • Menggunakan kalimat seru (eksklamatif) untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Merdeka!
  • Menggunakan kalimat perintah (imperatif) untuk memberi instruksi atau arahan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Ayo, kita jaga kemerdekaan ini!
  • Menggunakan kalimat ajakan (hortatif) untuk mengajak atau mendorong pembaca untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Mari, kita belajar dari sejarah!
  • Menggunakan kalimat larangan (prohibitif) untuk melarang atau mencegah pembaca untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Contoh: Jangan lupa sejarah!
  • Menggunakan kata hubung (konjungsi) untuk menghubungkan antara kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf dalam teks. Contoh: dan, tetapi, karena, sehingga, meskipun, jika.
  • Menggunakan kata depan (preposisi) untuk menunjukkan hubungan antara kata benda dengan kata benda lainnya dalam kalimat. Contoh: di, dari, ke, untuk, dengan, tanpa.
  • Menggunakan kata ganti (pronomina) untuk menggantikan kata benda yang telah disebutkan sebelumnya dalam teks. Contoh: ia, mereka, kami, kita, ini, itu.
  • Menggunakan kata penegas (emfasis) untuk menekankan atau mempertegas makna dari kata-kata lainnya dalam kalimat. Contoh: sangat, benar-benar, sungguh-sungguh.
  • Menggunakan kata sandang (artikel) untuk menentukan atau membatasi makna dari kata benda dalam kalimat. Contoh: sebuah, seorang, sang.
Baca Juga:  Panduan Lengkap Mengutip Sumber dalam Penulisan Ilmiah

Tips Menulis Teks Cerita Sejarah

Tips menulis teks cerita sejarah adalah saran-saran yang dapat membantu penulis dalam membuat teks cerita sejarah yang baik dan menarik. Tips menulis teks cerita sejarah antara lain:

  • Menentukan konsep teks cerita sejarah dengan jelas dan tepat. Penulis harus mengetahui tema, tujuan, sasaran, dan sudut pandang yang ingin disampaikan dalam teks.
  • Melakukan riset atau penelitian tentang peristiwa-peristiwa bersejarah yang akan diceritakan dalam teks. Penulis harus mencari sumber-sumber yang valid dan terpercaya untuk mendapatkan fakta-fakta atau informasi-informasi yang akurat dan relevan.
  • Menyusun kerangka atau outline teks cerita sejarah dengan rapi dan logis. Penulis harus membuat struktur teks cerita sejarah yang terdiri dari orientasi, peristiwa-peristiwa, dan reorientasi. Penulis juga harus membagi teks menjadi beberapa paragraf yang memiliki topik kalimat dan kalimat penjelas.
  • Menulis teks cerita sejarah dengan menggunakan ciri kebahasaan yang sesuai dan menarik. Penulis harus menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan fakta-fakta atau informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa bersejarah secara jelas dan menarik. Penulis juga harus menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.
  • Merevisi atau mengedit teks cerita sejarah dengan memeriksa kembali isi, bahasa, dan tata cara penulisan teks. Penulis harus memastikan bahwa teks cerita sejarah tidak mengandung kesalahan fakta, ejaan, tanda baca, atau logika. Penulis juga harus memperbaiki atau menyempurnakan teks cerita sejarah jika ada bagian yang kurang jelas, relevan, atau menarik.
Baca Juga:  Perbedaan dan Fungsi Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung dalam Karya Tulis Akademik
Posted in Ragam

Artikel Terkait: