Menu Tutup

Hukum Menyimpan Anjing: Apakah Diperbolehkan Menyimpan Anjing sebagai Hewan Peliharaan dalam Islam, dan Bagaimana Hukum Interaksi dengan Anjing

Anjing adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh manusia karena kecerdasan dan kesetiaannya. Namun, bagi umat Islam, ada beberapa ketentuan dan batasan yang harus diperhatikan dalam hal memelihara anjing. Apa saja hukum-hukum yang berkaitan dengan anjing dalam Islam? Mari kita simak penjelasannya berikut ini.

Hukum Memelihara Anjing dalam Islam

Dalam beberapa hadis shahih, Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa memelihara anjing tanpa alasan tertentu dapat mengurangi pahala seorang Muslim setiap hari sebanyak satu qirath. Qirath adalah satuan ukuran pahala yang setara dengan Gunung Uhud. Ini menunjukkan betapa besar dosa yang ditanggung oleh orang yang memelihara anjing tanpa kebutuhan.

Lalu apa saja alasan tertentu yang membolehkan seorang Muslim untuk memelihara anjing? Dalam hadis riwayat Imam Muslim dan Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: مَنِ اتّخذ كلبا إلا كلب ماشية أو صيد أو زرع انتقص من أجره كيراطان كل يوم

Artinya: “Barangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk menjaga ternak, berburu dan bercocok tanam, maka pahalanya akan berkurang setiap satu hari sebanyak satu qirath.”

Dari hadis ini, kita dapat mengetahui bahwa ada tiga keperluan yang membolehkan seorang Muslim untuk memelihara anjing, yaitu:

– Untuk berburu
– Untuk menjaga tanaman
– Untuk menjaga ternak

Ketiga keperluan ini dianggap sebagai hajat atau darurat karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Selain itu, ada juga pendapat ulama yang membolehkan memelihara anjing untuk menjaga rumah dari bahaya maling atau serangan binatang buas. Namun demikian, semua keperluan ini harus disertai dengan syarat-syarat tertentu agar tidak melanggar aturan syariat.

Syarat-Syarat Memelihara Anjing dalam Islam

Seorang Muslim yang memelihara anjing karena salah satu dari tiga keperluan di atas harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:

– Tidak boleh menyentuh atau menggendong anjing secara langsung
– Tidak boleh membawa atau membiarkan anjing masuk ke dalam rumah
– Tidak boleh memberi makan atau minum kepada anjing dari peralatan makan dan minum manusia
– Tidak boleh mencintai atau mengasihi anjing lebih dari Allah SWT dan Rasul-Nya
– Tidak boleh memberi nama-nama mulia atau terpuji kepada anjing
– Tidak boleh membunuh atau menyakiti anjing tanpa alasan yang dibenarkan syariat
– Tidak boleh menjual atau membeli anjing dengan harga uang⁶

Syarat-syarat ini bertujuan untuk menjaga kesucian tubuh dan hati seorang Muslim dari najis dan penyakit yang bisa ditimbulkan.

Hukum Interaksi dengan Anjing dalam Islam

Selain hukum memelihara anjing, ada juga hukum-hukum yang berkaitan dengan interaksi dengan anjing dalam Islam. Salah satu yang paling penting adalah hukum menyucikan diri dari najis anjing. Anjing termasuk hewan yang dianggap najis mughallazhah atau najis berat menurut mayoritas ulama. Ini berarti bahwa jika seseorang menyentuh anjing atau terkena liur atau kotorannya, maka ia harus menyucikan diri dengan cara khusus.

Cara khusus untuk menyucikan diri dari najis anjing adalah dengan mencuci anggota tubuh atau benda yang terkena najis tersebut sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan tanah. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim dan Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِذا وَلَغَ الْكلبُ فِى الإناءِ فَاغْسِلُوهُ سبع مراتٍ أولاهن بالتراب

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika anjing menjilat bejana (tempat air), maka cucilah bejana itu tujuh kali, salah satunya dengan tanah.’”

Hikmah di balik hukum ini adalah untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh manusia dari kuman dan penyakit yang bisa ditularkan oleh anjing. Selain itu, juga untuk mengingatkan manusia agar tidak terlalu dekat atau akrab dengan anjing sehingga melupakan kedudukan dan martabatnya sebagai makhluk yang mulia di hadapan Allah SWT.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  • Hukum memelihara anjing dalam Islam adalah haram kecuali untuk tiga keperluan tertentu yaitu berburu, menjaga tanaman, dan menjaga ternak
  • Syarat-syarat memelihara anjing dalam Islam adalah tidak boleh menyentuh atau menggendong anjing secara langsung, tidak boleh membawa atau membiarkan anjing masuk ke dalam rumah, tidak boleh memberi makan atau minum kepada anjing dari peralatan makan dan minum manusia, tidak boleh mencintai atau mengasihi anjing lebih dari Allah SWT dan Rasul-Nya, tidak boleh memberi nama-nama mulia atau terpuji kepada anjing, tidak boleh membunuh atau menyakiti anjing tanpa alasan yang dibenarkan syariat
  • Hukum interaksi dengan anjing dalam Islam adalah harus menyucikan diri dari najis anjing jika menyentuhnya atau terkena liur atau kotorannya dengan mencuci anggota tubuh atau benda yang terkena najis tersebut sebanyak tujuh kali
  • Hikmah di balik hukum-hukum ini adalah untuk menjaga kesucian tubuh dan hati seorang Muslim dari najis dan penyakit yang bisa ditimbulkan oleh anjing serta untuk mengingatkan manusia agar tidak terlalu dekat atau akrab dengan anjing sehingga melupakan kedudukan dan martabatnya sebagai makhluk yang mulia di hadapan Allah SWT

 

Baca Juga: