Menu Tutup

Kisah Keteladanan Sahabat Usman Bin Affan R.A.

Salah satu sahabat Rasulullah Saw. yang terkenal lemah lembut adalah sahabat Usman bin Affan Ra. Sifat yang dimiliki lainnya santun terhadap siapa saja. Nama lengkapnya Usman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayah bin Abdu Asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Killab bin Murrah bin Ka’ab bin Luway. Ibunya bernama

Arwa bin Kuraiz. Lahir pada tahun 577 M di Makkah. Menjadi khalifah pada tahun 644 Wafat pada tahun 656 M/ 35 H. Beliau sangat menyintai Rasulullah Saw. Usman bin Affan Ra. berasal dari keluarga Bani Umayah yang kaya raya. Banyak orang tertarik dengan kepribadian beliau yang selalu menghargai orang lain.

Usman bin Affan Ra. diangkat menjadi khalifah ar-Rasyidin ke-3 menggantikan sahabat Umar bin Khattab Ra. Sebelum diangkat menjadi khalifah beliau sudah menampakkan sifat-sifat mulia yaity sangat taat kepada Allah Swt. dan menyayangi Rasulullah Saw. Setiap malam hari digunakan beliau untuk shalat malam,   berdzikir, dan membaca al-Qur’an. Beliau juga gemar melakukan amal saleh untuk kemaslahatan umat. Hari-hari beliau selalu digunakan untuk beribadah dan beramal shalih kepada Allah Swt.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Usman bin Affan Ra. banyak sekali. Sejak usia belia sudah memiliki akhlak mulia. Pada masa remaja berhasil mengenyam pendidikan tinggi yang tidak dimiliki kebanyakan remaja seusia beliau pada saat itu. Di usia dewasa sudah berhasil menjadi seorang saudagar yang sukses dan banyak harta. Namun demikian semua itu tidak membuat beliau sombong dan tidak suka menumpuk-numpuk harta. Sebaliknya, beliau suka menyedekahkan harta untuk orang- orang yang membutuhkan (fakir miskin) dan mau hidup sederhana di tengah-tengah kekayaan beliau yang berlimpah, berkat usaha-usaha beliau.

Sahabat Usman bin Affan Ra. tidak pernah merasa kehilangan hartanya untuk berderma. Bahkan jika menjamu tamu selalu menyuguhkan makanan lezat dan terlihat mewah, padahal beliau sendiri hanya makan roti dengan minyak di rumah beliau. Betapa pedulinya sifat Usman bin Affan Ra. tehadap orang lain.

Al-kisah, ketika Rasulullah Saw. masih hidup, pernah terjadi kekeringan di mana-mana akibatnya sumur kaum muslimin mengalami kekeringan. Kaum muslimin menjadi kekurangan air. Ada sebuah sumur milik orang Yahudi yang masih terdapat air. Lalu, Rasulullah Saw. berkata, “Siapakah yang mau membeli sumur milik orang Yahudi itu Allah menyediakan surga bagi orang yang melakukannya”. Seketika itu pula Usman bin Affan r.a. berseru, “Ya Rasulullah, aku bersedia membeli sumur itu”. Lalu sumur itu benar-benar dibeli oleh Usman dengan tujuan diperuntukkan kepada kaum muslimin yang sangat membutuhkan air. Akhirnya kaum muslimin dapat memanfaatkan air dari sumur tersebut.

Ada lagi kisah kedermawanan Usman bin Affan r.a. yang terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a. Pada waktu itu, penduduk Madinah mengalami kelaparan karena kekeringan yang panjang. Penduduk mengadukan nasib mereka kepada khalifah Abu Bakar Ra. dan khalifah Abu Bakar Ra. meminta agar bersabar dan berharap Allah Swt. agar segera diberikan kemudahan dan jalan keluar. Usman bin Affan Ra. yang mendengar berita itu lalu datang ke Madinah dengan membawa seribu unta. Setiap unta memuat bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh penduduk Madinah. Akhirnya penduduk Madiah tidak ada yang kelaparan lagi.

Rasulullah Saw. menjuluki Usman bin Affan Ra. Dzun Nur’ain yang artinya memiliki dua cahaya, karena beliau menikah dengan dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum. Semula beliau menikah dengan Ruqayah yang telah bercerai dengan Utbah ( anak Abu Lahab).

Pada waktu itu Abu Lahab dan isterinya ingin merendahkan dan menghina Rasulullah Saw. maka mendesak Ruqayyah dan Utbah agar bercerai. Setelah Ruqayyah menyandang sebagai janda, Rasulullah menikahkan Usman bin Affan r.a. dengan Ruqayah. Rasulullah Saw. menyukai Usman sebagai menantu karena akhlak Usman yang mulia.

Namun tak lama Pada Ruqayyah sakit parah, bersamaan Rasulullah menyeru umat Islam untuk berjihad membela agama Allah dan memerangi musuh Allah. Walaupun perasaan Usman sangat sedih, beliau memilih merawat isterinya yang sedang sakit itu dengan sangat sabar. Dalam hati Usman juga ingin ikut berjihad, tetapi tidak tega meninggalkan Ruqayyah yang sedang sakit parah.

Rasulullah mengizinkan Usman tetap mengurus Ruqayyah dan tidak ikut berperang. Tetapi takdir menentukan Ruqayyah akhirnya wafat saat di Madinah. Selang beberapa waktu Rasulullah Saw. menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum (adik Ruqayah). Sudah garis takdir pula, tak lama Umi Kulsum juga meninggal. Begitu berat cobaan Usman ditinggal istri beliau.

Dari kisah-kisah keteladanan sahabat Usman bin Affan r.a. tersebut, dapat diambil nilai-nilai keteladanan yang patut ditiru oleh kita sebagai berikut:

  • Berakhlakul karimah

Sejak kecil Usman bin Affan Ra. memiliki akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Sifat ini dapat diterapkan oleh kita semua walaupun kita tak sehebat beliau.

  • Sopan santun dan lemah lembut

Sopan santun dan lemah lembut sifat yang dimiliki daya tarik tersendiri bagi orang lain. Berkaitan dengan zaman sekarang, sikap sopan santun dan lemah

lembut hampir tidak dimiliki oleh setiap orang. Namun yang lebih nyata sopan santun dan lemah lembut lahir batin, yang di saat-saat tertentu sangat diperlukan dalam kehidupan.

  • Peduli kepada kaum lemah

Usman bin Affan r.a. meskipun terlahirdari golongan bangsawan yang kaya raya, beliau mau berbaur dengan rakyat biasa. Beliau terbiasa membantu (peduli) bagi kaum lemah (fakir miskin).

  • Dermawan

Usman bin Affan r.a. juga terkenal sangat dermawan. Harta kekayaannya disalurkan untuk kepentingan umat dan kepentingan Islam.

  • Mencintai Rasulullah

Karena sangat menyintai Rasulullah Saw., beliau selalu melakukan apa yang diperintah Rasulullah Saw. Bagi beliau mencintai Rasulullah Saw. sebagai bukti mencintai Allah Swt.

  • Memiliki tanggung jawab yang besar

Usman bin Affan r.a. pandai memilih dan memilah-milah prioritas kepentingan demi kemaslahatan. Tanggung jawab beliau sebagai seorang suami begitu besar.

  • Sabar menghadapi cobaan

Ketika menghadapi cobaan 2 (dua) kali ditinggalkan istri beliau, yang sebelumnya juga merawat istri beliau saat sakit parah, beliau hadapi dengan enuh kesabaran. Begitu pula ketika beliau menghadapi semua masalah juga dihadapi dengan sangat sabar.

Baca Juga: