Menu Tutup

Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Thaif

Pada tahun kesepuluh keNabian, Nabi Muhammad kehilangan dua orang yang dicintainya, yaitu Siti Khadijah, istrinya yang selalu bersamanya dalam menye- barkan Islam, dan Abu thalib, pamanya yang selalu melindungi dan membelanya dari ancaman kafir Quraisy. Tahun tersebut dinamai tahu kesedihan (‘Am Huzn). Setelah meninggal keduanya, orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw. Melihat kondisi seperti itu,

Nabi bersama Zaid berencana pergi ke Thaif, Wilayah yang berjarak sekitar 80 kilometer dari tanah Suci Mekkah.

Ada beberapa alasan Nabi Muhammad memilih Thaif, antara lain

a. Thaif merupakan kota kedua setelah Mekkah.
b. Di Thaif ada Bani Tsaqif, salah satu suku Arab yang paling kuat. jika Mereka memeluk Islam, maka akan menjadi kekuatan besar yang mendukung dakwah nabi.
c. Jarak Thaif tidak jauh dari Mekkah sehingga orang Islam dapat membantu menyebarkan Islam di Thaif dan Mekkah.

Nabi Muhammad Saw. pergi ke Thaif untuk meminta bantuan serta perlind- ungan dari keluarganya yang berada di kota itu, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal serta Habib. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Tsaqif.

Nabi Muhammad Saw. berharap dakwahnya diterima oleh masyarakat Thaif. Akan tetapi harapan itu tidak menjadi kenyataan, karena mereka tidak mau mem- berikan perlindungan dan bantuan apapun kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka menolak membantu Nabi Muahammad karena mereka menghindari perselisihan dengan masyarakat Mekkah. Selain itu mereka telah terhasut oleh pengaruh Abu Jahal dan para pembesar kafir Quraisy yang memberitakan bahwa apa yang dia- jarkan Muhammad adalah kebohongan-kebohongan besar dan akan menyesatkan bangsa Arab.

Mereka mengusir Nabi Muhammad dengan dilempari batu oleh pemuda Thaif. Nabi Muhammad mengalami luka parah akibat lemparan batu. Dengan pakaian yang berlumuran darah dan penuh luka, Nabi Muhammad meninggalkan Thaif, menghindari kejaran penduduk Thaif. beliau beristirahat di sisi kebun anggur mi- lik dua bersaudara Uthbah dan Syaibah, anak Rabiah. Nabi Muhammad menen- gadahkan muka ke langit mengadukan nasib yang dideritanya kepada Allah

“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan ke- bajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”

Lalu Rasulullah mengutus seorang lelaki dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah ingin masuk ke Mekkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Rasulullah ini diterima oleh Muth’am sehingga akhirnya Rasulullah kembali memasuki Mekkah.

Baca Juga: