Menu Tutup

Sejarah Jilbab di Indonesia

Jilbab adalah busana muslim terusan panjang yang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki, dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Jilbab juga sering disebut sebagai hijab, yang dalam bahasa Arab berarti penghalang atau penutup. Penggunaan jilbab terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menutup aurat atau bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain selain suami atau mahram (kerabat dekat yang tidak boleh dinikahi).

Masa Awal

Sejarah jilbab di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 melalui jalur perdagangan dan dakwah oleh para pedagang dan ulama dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Islam pertama kali berkembang di daerah pesisir seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Berdasarkan catatan sejarah, jilbab pertama kali digunakan oleh muslimah Makassar, Sulawesi Selatan pada abad ke-17¹. Pada masa itu, Makassar merupakan pusat kerajaan Islam Gowa-Tallo yang berhubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara dan Timur Tengah. Penggunaan jilbab oleh muslimah Makassar dipengaruhi oleh ajaran syafi’i yang mengharuskan wanita menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.

Di daerah lain seperti Aceh dan Minangkabau, penggunaan jilbab juga sudah ada sejak abad ke-19. Hal ini terlihat dari gerakan Paderi di Minangkabau yang memperjuangkan penerapan syariat Islam secara ketat di masyarakat, termasuk aturan berpakaian bagi wanita. Gerakan Paderi dipelopori oleh ulama-ulama yang pernah belajar di Mekkah dan kembali ke tanah air dengan membawa pemahaman Islam yang lebih murni dan ortodoks. Salah satu tokoh gerakan Paderi adalah Tuanku Imam Bonjol yang dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Di Aceh, pengaruh Islam juga sangat kuat karena daerah ini merupakan pintu masuk pertama Islam ke Indonesia. Aceh juga memiliki hubungan dekat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah dan Asia Selatan. Salah satu tokoh wanita Aceh yang terkenal adalah Cut Nyak Dhien yang berjuang melawan penjajahan Belanda bersama suaminya Teuku Umar. Cut Nyak Dhien dikenal sebagai wanita pejuang yang berani dan teguh memegang prinsip-prinsip Islam, termasuk dalam hal berpakaian.

Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda (abad ke-19 hingga awal abad ke-20), penggunaan jilbab mengalami kemunduran karena adanya tekanan dan diskriminasi dari penguasa kolonial terhadap kaum muslim. Banyak wanita muslim yang tidak berani atau tidak mau mengenakan jilbab karena takut dicap sebagai radikal atau fanatik. Selain itu, pengaruh budaya Barat juga mulai masuk ke Indonesia melalui media massa, pendidikan, dan gaya hidup. Banyak wanita muslim yang terpengaruh oleh mode pakaian Barat yang lebih terbuka dan modern.

Namun demikian, masih ada beberapa wanita muslim yang tetap mempertahankan penggunaan jilbab sebagai bentuk identitas dan perlawanan terhadap kolonialisme. Salah satu contohnya adalah Rasuna Said, seorang pejuang kemerdekaan dan aktivis perempuan asal Minangkabau. Rasuna Said selalu mengenakan jilbab dan baju kurung sebagai simbol keislaman dan keindonesiaan. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik yang menentang penjajahan Belanda, seperti Sarekat Islam, Partai Syarikat Islam Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia.

Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, penggunaan jilbab mulai berkembang kembali di kalangan wanita muslim. Hal ini didorong oleh semangat nasionalisme dan kebangkitan Islam di Indonesia. Banyak organisasi-organisasi Islam yang didirikan untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan kaum muslim, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, Masyumi, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini juga memiliki sayap perempuan yang aktif dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik.

Salah satu organisasi perempuan Islam yang berperan penting dalam mengembangkan penggunaan jilbab adalah Aisyiyah, sayap perempuan Muhammadiyah. Aisyiyah didirikan pada tahun 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan, istri dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Aisyiyah merupakan organisasi perempuan Islam pertama di Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, kesehatan, dan dakwah. Aisyiyah juga mendorong anggotanya untuk mengenakan jilbab sebagai bagian dari ajaran Islam.

Pada masa Orde Lama (1945-1966), penggunaan jilbab masih terbatas di kalangan wanita muslim yang berasal dari keluarga atau lingkungan yang religius. Pada masa ini, Indonesia mengalami berbagai gejolak politik dan ekonomi yang mengancam stabilitas nasional. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada masa ini adalah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 yang menewaskan enam jenderal Angkatan Darat. Peristiwa ini memicu pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI oleh kelompok-kelompok anti-komunis.

Pada masa Orde Baru (1966-1998), penggunaan jilbab mulai menyebar di kalangan wanita muslim perkotaan, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pada masa ini, Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto yang menerapkan kebijakan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik dengan mengorbankan hak-hak sipil dan demokrasi. Soeharto juga mencoba menekan pengaruh Islam di Indonesia dengan melarang partai-partai Islam berbasis massa seperti Masyumi dan NU. Namun demikian, gerakan Islam tidak bisa dibendung begitu saja. Banyak kelompok-kelompok Islam yang bermunculan di bawah tanah atau di luar sistem politik resmi, seperti Darul Islam, NII, Jemaah Islamiyah, Laskar Jihad, dan lain-lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penggunaan jilbab pada masa Orde Baru adalah adanya gerakan dakwah kampus yang dimotori oleh organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti HMI, PMII, KAMMI, IMM, dll. Gerakan dakwah kampus ini menawarkan alternatif bagi mahasiswa-mahasiswa yang merasa tidak puas dengan kondisi politik dan sosial di Indonesia. Gerakan ini juga mengajak mahasiswa-mahasiswa untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni dan autentik sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu bentuk dari gerakan dakwah kampus ini adalah mengenakan jilbab sebagai simbol keislaman dan komitmen terhadap agama.

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi perkembangan penggunaan jilbab pada masa Orde Baru adalah adanya pengaruh global dari gerakan-gerakan Islam di dunia. Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa ini adalah Revolusi Iran pada tahun 1979 yang berhasil

Sumber:
(1) Sejarah Serta Kontroversi Hijab Di Indonesia – Yayasan Sejahtera Insani …. https://yasiindo.or.id/sejarah-hijab-di-indonesia/.
(2) Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Indonesia Jatuh di Fukuoka, Jepang, 3 Orang Tewas. https://www.msn.com/id-id/news/other/hari-ini-dalam-sejarah-pesawat-garuda-indonesia-jatuh-di-fukuoka-jepang-3-orang-tewas/ar-AA1csXyi.
(3) Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Indonesia Jatuh di Jepang, 3 Orang Tewas. https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/13/060000765/hari-ini-dalam-sejarah-pesawat-garuda-indonesia-jatuh-di-jepang-3-orang.
(4) Jilbab di Indonesia – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Jilbab_di_Indonesia.
(5) Jilbab – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Jilbab.

Baca Juga: