Menu Tutup

Sifilis: Penyakit Menular Seksual yang Berbahaya

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari luka di area kelamin, ruam di tubuh, hingga kerusakan organ vital seperti otak dan jantung. Sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman dan pengobatan yang tepat.

Penyebab Sifilis

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui hubungan seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita.

Selain itu, sifilis juga dapat ditularkan dari ibu hamil yang terinfeksi ke janin di dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian pada bayi.

Gejala Sifilis

Gejala sifilis dapat bervariasi tergantung pada tahap perkembangan penyakitnya. Ada empat tahap sifilis, yaitu:

  • Sifilis primer. Tahap ini ditandai dengan munculnya luka (chancre) di tempat bakteri masuk, seperti alat kelamin, mulut, atau dubur. Luka ini biasanya tidak terasa sakit dan sering tidak disadari oleh penderita. Luka ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh.
  • Sifilis sekunder. Tahap ini ditandai dengan munculnya ruam di tubuh, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam ini biasanya tidak gatal dan dapat disertai dengan munculnya kutil di mulut atau alat kelamin. Gejala lain yang mungkin timbul adalah demam, nyeri otot dan sendi, pembesaran kelenjar getah bening, rambut rontok, dan sakit tenggorokan.
  • Sifilis laten. Tahap ini tidak menimbulkan gejala apa pun, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh penderita. Tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.
  • Sifilis tersier. Tahap ini merupakan tahap yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada otak, saraf, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. Gejala yang mungkin timbul adalah gangguan penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi gerak, ingatan, mood, dan fungsi mental lainnya. Jika tidak ditangani segera, tahap ini dapat menyebabkan kematian.

Diagnosis Sifilis

Diagnosis sifilis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tes darah. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk melihat adanya luka atau ruam yang menjadi tanda infeksi bakteri. Tes darah bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis.

Pada ibu hamil, tes sifilis biasanya dilakukan pada trimester pertama dan ketiga kehamilan untuk mencegah penularan ke janin.

Pengobatan Sifilis

Pengobatan sifilis dilakukan dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin. Dosis dan lama pengobatan tergantung tergantung pada tahap sifilis yang dialami. Pengobatan sifilis akan lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal. Selama masa pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan infeksi sudah sembuh .

Pengobatan sifilis tidak dapat memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi akibat infeksi bakteri. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi kesehatannya .

Pencegahan Sifilis

Sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada satu pasangan seksual dan menggunakan kondom setiap berhubungan intim. Selain itu, pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit sifilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit ini, seperti yang sering berganti-ganti pasangan seksual, yang melakukan hubungan seks dengan sesama jenis, atau yang terinfeksi HIV .

Jika Anda mengalami gejala sifilis atau memiliki riwayat kontak dengan penderita sifilis, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Jangan menunda-nunda pengobatan karena dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan mengancam jiwa.

Baca Juga: