Menu Tutup

Tujuan Bermazhab

Bermazhab sering disebut bertaklid, namun bermazhab buakam tingkah laku orang awam saja, akan tetapi merupakan sikap yang wajar dari seorang yang tahu diri. Ahli hadist paling terkenal, Imam Bukhari masih tergolong orang yang bermazhab Syafi’i, jadi ada tingkatan mazhab atau bertaqlid, makin tinggi kemampuan seseorang makin tinggi pula tingkat bermazhabnya sehingga makin longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya berijtihad sendiri.

Secara kodrati, manusia didunia ini terbagi menjadi dua kelompok besar. Ada yang alim dan ada yang awam (yang kurang mengerti dan memahami suatu permasalahan). Didalam literatur fiqih, hal ini dikenal dengan istilah taqlid atau ittiba. Menurut Muhammad Sa’id al Buthi mendefinisikan taqlid sebagai berikut:

“Taqlid adalah mengikuti pendapat orang lain mengerti dalil yang digunakan atas keshahihan pendapat tersebut, walaupun mengetahui tentang keshahihan hujjah itu sendiri “. Taqlid itu hukumnya haram bagi seorang mujtahid dan wajib bagi oarang yang bukan mujtahid. Berdasarkan Firman Allah SWT (QS. Al-Anbiya : 7) Artinya: Kami tidak mengutus Rosul- Rosul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.

Perlu digaris bawahi, tidak semua tqlid itu tercela, yang tidak terpuji hanyalah taqlid buta yang menerima suatu pendapat mentah-mentah tanpa mengerti dan berusaha untuk mengetahui dalilnya. Sedangkan tqlidnya orang alim yang belum sampai pada tingkatan mujtahid. Adalah hal yang terpuji bahkan dianjurkan, hal itu tentu lebih baik dari pada memaksakan diri untuk berijtihad padahal tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Baca Juga: