Menu Tutup

Arti dan Filosofi Ketupat Lebaran

Lebaran Ketupat adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, pada seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan membuat ketupat menggunakan daun kelapa atau daun palas yang diisi dengan nasi dan kemudian direbus. Ketupat ini kemudian dihidangkan bersama dengan lauk pauk dan menjadi hidangan khas saat Lebaran Ketupat.

Tradisi Lebaran Ketupat ini memiliki arti dan filosofi yang sangat mendalam dalam budaya masyarakat Indonesia. Ketupat melambangkan rasa syukur, kesederhanaan, kerendahan hati, persatuan, dan kebersamaan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang makna dan filosofi dari tradisi Lebaran Ketupat.

Rasa Syukur

Lebaran Ketupat adalah salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT setelah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Dengan menyantap ketupat bersama dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman, kita menunjukkan rasa syukur kita atas rezeki yang telah Allah berikan kepada kita. Selain itu, tradisi Lebaran Ketupat juga diiringi dengan doa bersama yang dilaksanakan di masjid atau musala setempat sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT12.

Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapatkan, yaitu nasi dan daun kelapa atau daun palas. Ketupat menjadi simbol kesederhanaan dan kerendahan hati, karena kita tidak perlu mengonsumsi makanan yang mewah atau berlebihan saat merayakan kemenangan setelah berpuasa. Dengan menyantap ketupat, kita mengingatkan diri kita untuk tidak sombong atau lupa diri atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Persatuan dan Kebersamaan

Lebaran Ketupat juga menjadi momen untuk bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antara sesama muslim. Biasanya, masyarakat akan saling bertukar ketupat sebagai simbol persatuan dan kebersamaan. Dengan bertukar ketupat, kita menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kita kepada sesama muslim. Selain itu, tradisi Lebaran Ketupat juga menjadi kesempatan untuk saling memaafkan dan menghapus segala kesalahan dan khilaf yang pernah terjadi antara kita.

Mengakui Kesalahan

Ketupat awalnya diambil dari sebuah frasa bahasa Sunda dan Jawa, yaitu ‘Kupat’ yang artinya ‘ngaku lepat’. Artinya mengakui kesalahan, sehingga kupat melambangkan momen saling memaafkan saat Lebaran tiba. Tradisi ketupat saat lebaran memiliki makna dan filosofi di dalamnya, bukan hanya sekadar makan ketupat dengan lauk opor. Salah satu cara untuk mengakui kesalahan adalah dengan melakukan tradisi sungkeman, yaitu tradisi seorang anak yang bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tuanya. Sungkeman memberi pelajaran pada diri kita untuk memahami arti pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh dan tidak sombong kepada mereka, serta senantiasa mengharap rida dan bimbingannya.

Baca Juga: