Pewarna Makanan: Jenis, Manfaat, dan Bahaya yang Perlu Anda Ketahui

Pewarna makanan adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan atau memperbaiki warna pada makanan. Pewarna makanan dapat meningkatkan penampilan makanan segar dan olahan, sehingga menarik perhatian dan menggugah selera konsumen. Pewarna makanan juga dapat berfungsi sebagai penanda bahan dasar, kandungan gizi, atau rasa dari makanan. Namun, penggunaan pewarna makanan juga harus memperhatikan aspek keamanan, kesehatan, dan etika.

Jenis Pewarna Makanan

Pewarna makanan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami adalah pewarna yang berasal dari sumber alam, seperti tumbuhan, hewan, atau mineral. Pewarna alami umumnya lebih aman, sehat, dan ramah lingkungan, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal variasi warna, stabilitas, dan daya tahan. Pewarna alami juga dapat memberikan rasa, aroma, atau efek fisiologis tertentu pada makanan.

Beberapa contoh pewarna alami yang sering digunakan dalam makanan adalah kurkumin, karmin, klorofil, karamel, beta-karoten, ekstrak anato, merah bit, antosianin, dan titanium dioksida. Pewarna alami biasanya diberi kode E100-E199 dalam label makanan.

Pewarna sintetis adalah pewarna yang diperoleh dari sintesis kimiawi. Pewarna sintetis umumnya lebih murah, mudah, dan variatif, tetapi memiliki potensi bahaya bagi kesehatan, lingkungan, dan agama. Pewarna sintetis juga dapat menyebabkan reaksi alergi, intoleransi, atau keracunan pada sebagian orang.

Beberapa contoh pewarna sintetis yang sering digunakan dalam makanan adalah tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian FCF, hijau FCF, dan coklat HT. Pewarna sintetis biasanya diberi kode E200-E299 dalam label makanan.

Baca Juga:  Karakteristik Daging Ayam

Manfaat Pewarna Makanan

Pewarna makanan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  • Meningkatkan daya tarik dan selera makan. Pewarna makanan dapat membuat makanan terlihat lebih berwarna, segar, dan menarik. Warna makanan juga dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap rasa, aroma, dan tekstur makanan. Misalnya, warna merah dapat menimbulkan kesan manis, sedangkan warna hijau dapat menimbulkan kesan segar.
  • Memberikan informasi dan identitas makanan. Pewarna makanan dapat digunakan sebagai penanda bahan dasar, kandungan gizi, atau rasa dari makanan. Misalnya, warna oranye dapat menunjukkan adanya wortel, warna kuning dapat menunjukkan adanya kunyit, dan warna biru dapat menunjukkan adanya bunga telang. Pewarna makanan juga dapat digunakan sebagai identitas produk, merek, atau budaya tertentu. Misalnya, warna merah putih dapat menunjukkan produk Indonesia, warna hijau kuning dapat menunjukkan produk Malaysia, dan warna merah hijau dapat menunjukkan produk Italia.
  • Mempertahankan kualitas makanan. Pewarna makanan dapat digunakan untuk mempertahankan warna asli makanan yang dapat berubah akibat proses pengolahan, penyimpanan, atau pemaparan cahaya. Pewarna makanan juga dapat digunakan untuk menyamarkan warna makanan yang tidak diinginkan, seperti warna coklat pada daging atau warna keabuan pada buah. Pewarna makanan juga dapat digunakan untuk menggantikan warna makanan yang hilang akibat penggunaan bahan pengawet, pengental, atau pengemulsi.

Bahaya Pewarna Makanan

Pewarna makanan juga memiliki beberapa bahaya, antara lain:

  • Menimbulkan reaksi alergi atau intoleransi. Pewarna makanan, terutama yang sintetis, dapat menyebabkan reaksi alergi atau intoleransi pada sebagian orang yang sensitif. Reaksi alergi dapat berupa gatal, ruam, bengkak, sesak napas, atau syok anafilaksis. Reaksi intoleransi dapat berupa sakit kepala, mual, muntah, diare, atau gangguan pencernaan. Beberapa pewarna makanan yang diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi atau intoleransi adalah tartrazin, kuning FCF, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, dan merah allura.
  • Menyebabkan keracunan atau kanker. Pewarna makanan, terutama yang sintetis, dapat menyebabkan keracunan atau kanker jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan atau jangka panjang. Keracunan dapat disebabkan oleh adanya zat beracun, seperti logam berat, dalam pewarna makanan. Kanker dapat disebabkan oleh adanya zat karsinogenik, seperti benzidin, dalam pewarna makanan. Beberapa pewarna makanan yang diketahui dapat menyebabkan keracunan atau kanker adalah kuning kuinolin, indigotin, hijau FCF, dan coklat HT.
  • Menyebabkan gangguan perilaku atau kognitif. Pewarna makanan, terutama yang sintetis, dapat menyebabkan gangguan perilaku atau kognitif pada sebagian anak-anak yang mengonsumsinya. Gangguan perilaku dapat berupa hiperaktivitas, impulsivitas, agresivitas, atau gangguan perhatian. Gangguan kognitif dapat berupa penurunan kemampuan belajar, ingatan, atau konsentrasi. Beberapa pewarna makanan yang diketahui dapat menyebabkan gangguan perilaku atau kognitif adalah tartrazin, kuning FCF, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, merah allura, dan biru berlian FCF.
  • Menyebabkan konflik agama atau etika. Pewarna makanan, terutama yang alami, dapat menyebabkan konflik agama atau etika pada sebagian konsumen yang memiliki keyakinan atau nilai tertentu. Konflik agama dapat disebabkan oleh adanya bahan haram, seperti babi, alkohol, atau darah, dalam pewarna makanan. Konflik etika dapat disebabkan oleh adanya bahan tidak manusiawi, seperti serangga, hewan langka, atau hewan percobaan, dalam pewarna makanan. Beberapa pewarna makanan yang diketahui dapat menyebabkan konflik agama atau etika adalah karmin, klorofil, karamel, dan titanium dioksida.
Baca Juga:  Makanan Tinggi Protein: Manfaat dan Sumbernya

Kesimpulan

Pewarna makanan adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan atau memperbaiki warna pada makanan. Pewarna makanan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna makanan memiliki beberapa manfaat, seperti meningkatkan daya tarik dan selera makan, memberikan informasi dan identitas makanan, dan mempertahankan kualitas makanan. Namun, pewarna makanan juga memiliki beberapa bahaya, seperti menimbulkan reaksi alergi atau intoleransi, menyebabkan keracunan atau kanker, menyebabkan gangguan perilaku atau kognitif, dan menyebabkan konflik agama atau etika. Oleh karena itu, penggunaan pewarna makanan harus dilakukan dengan bijak, sesuai dengan standar, dan sesuai dengan kebutuhan.

Sumber:
(1) 26 Daftar Perwarna Makanan yang Aman Digunakan. https://www.yummy.co.id/artikel/nutrisi/daftar-perwarna-makanan.
(2) 10 Rekomendasi Pewarna Makanan Terbaik dan Aman di Indonesia. https://review.bukalapak.com/food/pewarna-makanan-terbaik-aman-indonesia-111760.
(3) Pewarna Makanan – Gizigo. https://gizigo.id/pewarna-makanan/.
(4) Pewarna makanan – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Pewarna_makanan.