Menu Tutup

Bolehkah Shalat Tarawih Dengan Raka’at Yang Terpisah-pisah?

Sebagaimana telah disebutkan bahwa shalat tarawih merupakan salah satu jenis shalat dari jenis-jenis shalat malam.

Dan juga sebagaimana telah diketahui bahwa jumlah raka’at shalat tarawih sebaiknya tidak kurang dari 8 raka’at dan lebih utama sebannyak 20 raka’at sebagaimana diamalkan oleh mayoritas ulama.

Namun, apakah boleh raka’at-raka’at shalat tarawih itu dilakukan secara terpisah. Dalam arti sebagian raka’atnya dilakukan sebelum tidur misalnya, dan sebagian yang lain setelah tidur?

Jawabnya, bahwa hal tersebut dibolehkan. Atas dasar qiyas kepada shalat malam Rasulullah – shallallaahu ‘alaihi wa sallam – yang pernah beliau lakukan secara terpisah-pisah.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Aku bermalam di rumah bibiku (Maimunah binti al-Harits), isteri Nabi – shallallahu ‘alaihi wasallam -. Dan saat itu Nabi – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersamanya karena memang menjadi gilirannya. Nabi – shallallahu ‘alaihi wasallam – melaksanakan shalat isya`, lalu beliau pulang ke rumahnya dan shalat empat raka’at, kemudian tidur dan bangun lagi untuk shalat.” Ibnu Abbas berkata, “Beliau lalu tidur seperti anak kecil (sebentar-sebentar bangun) -atau kalimat yang semisal itu-, kemudian beliau bangun shalat. Kemudian aku bangun dan berdiri si sisi kirinya, beliau lalu menempatkan aku di kanannya. Setelah itu beliau shalat lima raka’at, kemudian shalat dua raka’at, kemudian tidur hingga aku mendengar dengkurannya, kemudian beliau keluar untuk melaksanakan shalat subuh.” (HR. Bukhari)

Sumber:
Isnan Ansory, Lc., M.Ag., I’tikaf, Qiyam al-Lail, Shalat ’Ied dan Zakat al-Fithr di Tengah Wabah, Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2020.

Baca Juga: