Menu Tutup

Kepada Siapa Istidraj Diberikan?

Istidraj adalah salah satu bentuk hukuman Allah SWT kepada hamba-Nya yang bermaksiat dalam bentuk tipuan kenikmatan. Istidraj berasal dari kata daraja yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Istidraj secara istilah adalah hukuman yang diberikan Allah SWT sedikit demi sedikit, serta tidak diberikan secara langsung. Hukuman tersebut berbentuk nikmat yang disegerakan, serta penundaan azab di akhirat kelak.

Orang yang bermaksiat akan diberi harta dan kenikmatan sehingga ia lupa kepada Allah SWT sehingga kian dekat dengan azab sedikit demi sedikit, kemudian Allah timpakan hukuman kepada-Nya1. Istidraj adalah tipuan halus kepada orang yang diberi tenggang waktu, serta hukuman bertahap. Ketika orang bersangkutan melakukan maksiat baru, Allah SWT akan memberikan nikmat baru sehingga orang yang dihukum tak menyadarinya.

Allah SWT berfirman mengenai istidraj dalam surah Al-An’am ayat 44:

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

Istidraj juga disebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 182:

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.

Lalu, kepada siapa istidraj diberikan? Istidraj diberikan kepada orang-orang yang membangkang dan mengabaikan aturan Allah SWT dalam agama Islam. Orang-orang yang gemar bermaksiat, bergelimang kesyirikan, dan tak pernah beribadah, namun hidupnya dilimpahi keberuntungan. Orang-orang yang tidak mensyukuri dan memanfaatkan kenikmatan yang Allah berikan untuk kebaikan, malah justru menyalahgunakan kenikmatan tersebut untuk hal-hal negatif untuk merugikan dan menyakiti orang lain.

Beberapa ciri istidraj dalam Islam adalah sebagai berikut:

  • Kenikmatan duniawi melimpah ruah padahal keimanan terus menurun
  • Tidak pernah merasa cukup dan selalu ingin lebih
  • Tidak pernah bersyukur dan mengingkari nikmat Allah
  • Tidak pernah beribadah dan menjauhi perintah Allah
  • Tidak peduli dengan nasib orang lain dan sombong
  • Tidak pernah bertaubat dan memperbaiki diri

Oleh karena itu, seorang muslim tidak seyogianya iri pada orang-orang yang melakukan riba atau aktivitas maksiat, namun mereka lebih sejahtera daripada orang yang jujur dan saleh. Bisa jadi, kekayaan dan kenikmatan yang diperoleh orang-orang tersebut adalah istidraj dari Allah SWT. Hukuman atau azab yang ditunda, tipuan nikmat yang dibayar dengan siksa neraka di akhirat kelak.

Sebaliknya, seorang muslim harus senantiasa bersyukur dan menjaga keimanannya terhadap Allah SWT. Seorang muslim harus berusaha untuk memperbaiki diri dan meninggalkan maksiat. Seorang muslim harus berdoa dan berikhtiar untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat yang sesuai dengan ridha Allah SWT.

Baca Juga: